Kawah berapi di Turkmenistan disebut sebagai korban ambisi ekploitasi alam

Ilustrasi, pixabay.com

Papua No.1 News Portal | Jubi

Jakarta, Jubi – Kawah berapi itu terletak di Gurun Karakum, Turkmenistan atau sering disbeut sebagai gerbang neraka terbentuk sebagai dampak ambisi manusia  mengekploitasi alam. Lubang api itu terbentuk ketika insinyur Uni Soviet sedang mencari ladang minyak di daerah tersebut.

Read More

My Modern Met menyebut kala itu mereka tidak menyadari bahwa rig untuk memeriksa kualitas minyak di daerah tersebut sebenarnya berdiri di atas ladang gas. Akibatnya, rig tersebut runtuh dan menciptakan sebuah kawah yang menyemburkan gas.

Baca juga :  Fenomena alam, Gurun Sahara bersalju disertai suhu udara turun

Fenomena halo kejutkan warga Nabire

Sebuah lubang misterius muncul di Jabar

Para insinyur Uni Soviet itu lantas membakar kawah itu dengan harapan gas akan hilang. Namun, api di kawah itu justru terus menyala hingga saat ini.

Kawah berapi di Gurun Karakum telah menyala lebih dari 50 tahun sejak menimbulkan pertama kali menimbulkan api pada tahun 1971. Pada tahun 2010, presiden Turkmenistan, Gurbanguly Berdimuhamedow sempat mengunjungi kawah tersebut dan mengatakan bahwa kawah tersebut harus ditutup. Namun, pada tahun 2013 dia mendeklarasikan bagian gurun yang berisi kawah sebagai cagar alam. Para ilmuwan hingga kini masih belum memahami seberapa banyak gas alam yang memicu api di lokasi itu.

Fact Legend  melansir kawah itu dijuluki ‘Pintu ke Neraka’ atau ‘Gerbang Neraka’  mengacu sebutan penduduk setempat. Nama tersebut diambil dari fakta bahwa kawah tersebut tidak hanya menjadi tempat api yang menyala terus menerus, tetapi juga menampung lumpur mendidih.

Api oranye dan lumpur mendidih bersama-sama memberikan gambaran neraka yang terukir dalam pikiran bawah sadar manusia.

Kawah berapi yang aslinya bernama kawah Darvaza berukuran 70,1 meter dan memiliki kedalaman hampir 20,1 meter. Kawah itu berada di Derweze, Provinsi Ahal, Turkmenistan.

Tercatat orang pertama yang menginjakkan kaki di dasar kawah adalah George Kourounis. Dia turun untuk mengumpulkan mikroba ekstremofil. Kourounis adalah seorang presenter dan petualang profesional. Selain ke dasar ‘Gerbang Neraka’, dia diketahui pernah turun ke kawah gunung berapi Erta Ale yang aktif. (*)

CNN Indonesia

Editor : Edi Faisol

 

Related posts

Leave a Reply