Kasus perdagangan orang di AS meningkat selama pandemi

Ilustrasi, pixabay.com

Papua No. 1 News Portal | Jubi

New York, Jubi –Korban perdagangan manusia di Amerika Serikat yang menghubungi nomor darurat untuk menyelamatkan diri serta mencari tempat tinggal, meningkat selama karantina akibat pandemi Covid-19. Informasi dari grup pegiat anti-perdagangan manusia, Polaris, Senin, (15/6/2020),  menjelaskan dampak ekonomi dan sosial akibat pandemi menciptakan kondisi seseorang rentan menjadi korban perdagangan orang.

Read More

Tercatat Covid-19mulai mewabah di AS pada pertengahan Maret, menyebabkan sektor usaha tertutup serta menyebabkan jutaan warga kehilangan pekerjaan.

Kelompok aktivis itu mengatakan jumlah warga yang menghubungi nomor darurat untuk mencari tempat tinggal darurat meningkat dua kali lipat dari 29 orang pada Maret jadi 54 orang pada April.

Baca juga : PBB laporkan PNG jadi ‘lahan subur’ sindikat perdagangan manusia

Rangking perdagangan manusia PNG terus memburuk

Paus Fransiskus desak umat Katolik Inggris hapus perdagangan manusia

Polaris khawatir temuannya itu kemungkinan terkait dengan dampak wabah, tetapi kelompok itu tidak memastikan tingginya jumlah orang yang mencari tempat tinggal darurat itu disebabkan oleh Covid-19.

“Perdagangan orang untuk prostitusi dan kerja paksa tidak terjadi dalam ruang hampa, melainkan itu merupakan produk akhir dari rangkaian persoalan — pemiskinan dan kesenjangan sistemik, beberapa di antaranya,” kata Nancy McGuire Choi, kepala eksekutif Polaris.

Ia menjelaskan gejolak ekonomi menyebabkan fakta banyak korban terjebak dengan pelaku kekerasan. “Kondisi sulit yang mereka hadapi, merupakan faktor yang menyebabkan perdagangan orang tumbuh subur,”  kata Choi menambahkan.

Setidaknya, 400 ribu orang di Amerika Serikat diyakini terjebak dalam praktik perbudakan modern, di antaranya termasuk pekerja prostitusi paksa dan buruh paksa, demikian keterangan Walk Free Foundation, pegiat hak asasi manusia di AS.

Organisasi Buruh Internasional (ILO) memprediksi pada tingkatan global 16 juta orang kemungkinan terjebak dalam praktik kerja paksa dan perdagangan orang. (*)

Editor : Edi Faisol

Related posts

Leave a Reply