Papua No. 1 News Portal | Jubi
Apia, Jubi – Ketua Dewan Gereja-gereja Nasional (National Council of Churches; NCC), Kasiano Leaupepe, telah menyalahkan Hak Asasi Manusia (HAM) atas memburuknya masalah KDRT dan meminta agar Samoa mengadakan Hari Pertobatan Nasional.
Ia juga mengkritik sistem sekolah tipe co-education (sekolah bersama bagi pria dan wanita), mengatakan bahwa anak laki-laki dan perempuan harus dididik secara terpisah. Menurut Kasiano, penyebab rawannya isu KDRT adalah hukuman atas Samoa karena tidak menaati Tuhan.
“Apa yang terjadi atas Samoa dan rakyatnya ini terjadi karena kita telah melanggar perintah Tuhan. Kita telah melawan dan mengabaikan hukum-hukum Allah, kita lebih mengutamakan hukum-hukum duniawi,” katanya.
“Perintah pertama, hormatilah ayahmu dan ibumu supaya lanjut umurmu. Perintah ini telah dilanggar. Bagaimana? Ketika HAM lahir, ia menghancurkan norma ini.”
Kasiano mengutarakan komentarnya itu di tengah-tengah sesi bertopik ’Engaging with Religion and Faith-Based Actors to Address Family Violence’ dalam pertemuan meja bundar Ending Violence in Samoa (EViS) pekan lalu. Sesi itu diselenggarakan oleh Badan HAM Nasional Samoa dan UN Women.
Kasiano menambahkan: “Banyak orang yang berbicara tentang kasih sayang dan hormat, dua hal ini tidak lagi ditemukan dalam banyak keluarga di Samoa. Ketika seorang ibu, ayah menghukum anak mereka, anak-anak berbalik dan menggugat orangtuanya, membawa mereka hingga ke Pengadilan. Apa yang terjadi dengan hukum Tuhan? Kita telah melanggar perjanjian kita dengan Tuhan.”
Kasiano juga mengkritik para pemimpin Gereja. “Pemimpin-pemimpin Gereja memiliki peran yang harus mereka laksanakan, kalian adalah para gembala. Kalian seharusnya menjaga kawanan domba.”
Kasiano kemudian melanjutkan ceramahnya dengan mengkritisi sistem sekolah co-education.
“Persoalan ini berawal ketika kita mulai menyekolahkan anak laki-laki dan perempuan bersama-sama. Pada saat itu, anak perempuan dan anak laki-laki dididik secara berbeda.”
Pendeta Moli, dari Gereja Congregational Christian Church of Samoa, mengatakan harus ada juga Kementerian Khusus Laki-laki.
“Mengapa kita hanya punya Kementerian Perempuan? Kementerian Perempuan menyalahkan laki-laki, apakah seseorang bisa menjelaskan kepada saya mengapa ada pengutamaan seperti ini? Bagaimana dengan laki-laki, sebuah keluarga bukan hanya terdiri dari perempuan, laki-laki juga terlibat.”
Moli juga menyatakan bahwa akibat HAM, persoalan-persoalan sosial di negara itu meningkatnya. (Samoa Observer)