Kapan Pandemi Covid-19 berlalu dari Papua? Ini jawaban akademisi Uncen

Kapan Pandemi Covid-19 berlalu dari Papua? Ini jawaban akademisi Uncen
Puskesmas Elly Uyo Polimak, Kelurahan Ardipura, Distrik Jayapura Selatan, Kota Jayapura, Papua yang ditutup sejak 6 Juni 2020 akibat sejumlah tenaga medis yang terpapar Covid-19 – Jubi/Jean Bisay

 

Papua No.1 News Portal

Jayapura, Jubi – Merujuk data yang dirilis Tim Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Pusat per Sabtu, 13 Juni 2020 jumlah kasus korona di Indonesia mencapai 37.420 orang positif.

Read More

Sedangkan untuk Papua dilaporkan terdapat 1.242 kasus positif terkonfirmasi. Penambahan 78 pasien sembuh menjadi 417 orang dan 15 orang meninggal. Ada 3.239 Orang Dalam Pemantauan (ODP) dan Pasien Dalam Pengawasan (PDP) sebanyak 810 orang.

Kapan pandemi virus Korona berakhir di tanah Papua?. Akademisi Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Cenderawasih (Uncen) Jayapura, Papua, Dr. Novita Medyati, SKM, M.Kes menjelaskan kepada Jubi, dengan menggunakan pendekatan epidemiologi maka diprediksi pandemi virus korona akan berakhir sekitar akhir September sampai dengan awal Oktober.

“Prediksi ini muncul berdasarkan perhitungan angka RO (angka reproduksi yang berkaitan dengan seberapa berbahaya infeksi virus korona Covid-19 pada seseorang) dan itu sangat tergantung dari jumlah ODP dan PDP yang ditemukan di lapangan,” kata Novita Medyati via pesan WhatsApp, Sabtu (13/6/2020).

Epidemiologi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ilmu tentang penyebaran penyakit menular pada manusia dan faktor yang dapat mempengaruhi penyebaran itu.

Novita Medyati menilai penanganan yang dapat mempercepat berakhirnya pandemi di tanah Papua, tergantung dari komitmen pemerintah dan masyarakat untuk bersama giat dalam mengendalikan wabah korona.

Tetapi yang lebih utama di sini adalah peran masyarakat itu sendiri yang sebenarnya menjadi garda terdepan dalam memutuskan rantai penularan Covid19.

“Jadi sangat penting adanya kepatuhan dan perilaku masyarakat untuk mematuhi aturan yang sudah disosialisasikan oleh pemerintah. Misalnya ketika pemerintah melakukan pembatasan aktivitas di luar rumah, apakah masyarakat sudah mematuhinya?,” katanya.

Menurut Novita saat ini langkah penanganan yang dapat dilakukan para pemangku yang utama adalah penerapan protokol kebersihan dan kesehatan yang ketat oleh pemerintah pada wilayah publik. Ini yang paling utama karena berkaitan dengan perilaku preventif masyarakat.

Selanjutnya beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk menghadapi Covid-19, di antaranya edukasi masyarakat. Tracing atau penelusuran untuk penemuan kasus baru. Deteksi dini, isolasi dan pengetatan perbatasan antar wilayah. Pengobatan segera dan intensif serta rehabilitasi.

Novita menilai kesulitan utama yang dihadapi dalam penanganan Covid-19 adalah kepatuhan dan perilaku masyarakat untuk mematuhi protokol kesehatan Covid-19 yang sudah disampaikan oleh pemerintah.

“Namun tidak dapat dipungkiri bahwa perilaku itu juga sangat ditentukan oleh beberapa hal seperti pengetahuan masyarakat kita [di tanah Papua] yang sebagian besar masih rendah sehingga mempengaruhi pemahaman yang benar dan berakhir pada tindakan yang tidak patuh terhadap aturan kesehatan,” ujarnya.

Novita menyarankan perlu komitmen yang tegas antara pemerintah dan masyarakat dalam implementasi aturan pengendalian Covid-19.

“Kesadaran masyarakat melakukan promosi kesehatan di lingkungannya sendiri merupakan salah satu tindakan yang dapat dilakukan dalam memutuskan rantai penularan Covid19,” katanya.

Menanti penerapan new normal, Novita Medyati menganggap walaupun pemerintah telah membuat langkah-langkah penanganan Covid-19 seperti disebut di atas, jika tidak ada koordinasi yang baik antara pengambil kebijakan dan diikuti oleh kepatuhan masyarakat untuk hidup sehat, maka penangan Covid-19 tidak ada manfaatnya.

“Jadi tergantung dari komitmen yang dibangun baik di tingkat pemerintahan, pemerintah dan masyarakat. Apakah pelaksanaannya tegas, sudah mengikuti ketentuan yang berlaku di lapangan atau tidak,” ujarnya.

Novita bilang hal utama yang kita harus ketahui bahwa new normal life atau kehidupan normal yang baru bukanlah salah satu cara untuk memberhentikan penularan Covid-19 di masyarakat, tetapi akibat pandemi ini maka kompleksitas permasalahan mulai bermunculan.

Berdampak pada kehidupan sosial ekonomi bangsa. Oleh karena itu penerapannya diharapkan bisa mengembalikan fungsi kehidupan sosial ekonomi tadi.

Jika dilihat dari perspektif penularan virus korona, maka new normal tadi dapat memberikan dampak berupa peningkatan kasus jika masyarakat tidak mematuhi protap kesehatan dalam memasuki kebebasan dalam beraktivitas.

“Nah di sinilah penerapan new normal menjadi tantangan dalam penanganan pandemi Covid-19. Oleh sebab itu, sangat perlu kesadaran masyarakat untuk tetap waspada menjaga kesehatannya dengan melakukan protokol kesehatan yang sudah ditentukan oleh pemerintah,” pesan Novita Medyati.

Juru Bicara Covid-19 Mimika, Reynold Ubra menyatakan masyarakat tidak perlu terlalu cemas. Tidak perlu takut terhadap pasien Covid-19 maupun keluarganya. Sebab, kondisi saat ini semua orang bisa tertular.

Kuncinya adalah patuhi protokol kesehatan agar tidak terpapar. Dengan menjaga jarak fisik, maka sekitar 8-9 kali bisa terlindungi dibandingkan dengan orang yang tidak menjaga jarak.

Jika tetap menggunakan masker dan rutin mencuci tangan, maka 5-8 kali terlindungi dibandingkan orang yang tidak pakai masker dan mencuci tangan.

Ubra berpesan kepada masyarakat untuk disiplin menerapkan ketiga protokol kesehatan. Yakni menggunakan masker, menjaga jarak dan mencuci tangan, maka tentu saja hampir 100 persen kita bisa terhindar. Apalagi kalau kita tetap tinggal di rumah. (*)

Editor: Syam Terrajana

Related posts

Leave a Reply