Kapal China jauhi Vietnam usai perseteruan penelitian minyak

Papua
Ilustrasi, pixabay.com
Ilustrasi, pixabay.com

Menurut data dari Lalu Lintas Laut, sebuah situs web yang melacak pergerakan kapal, menunjukan kapal Haiyang Dizhi 8, melaju kencang dari zona ekonomi eksklusif Vietnam menuju China Kamis pagi di bawah pengawalan setidaknya dua kapal dari negara tersebut.

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Read More

Hanoi, Jubi– Sebuah kapal survei minyak China yang terlibat dalam ketegangan dengan kapal-kapal Vietnam di Laut Cina Selatan pada Kamis, (24/10/2019) meninggalkan perairan yang dikuasai Vietnam.

Menurut data dari Lalu Lintas Laut, sebuah situs web yang melacak pergerakan kapal, menunjukan kapal Haiyang Dizhi 8, melaju kencang dari zona ekonomi eksklusif Vietnam menuju China Kamis pagi di bawah pengawalan setidaknya dua kapal dari negara tersebut.

China mengklaim hampir semua perairan yang kaya energi di Laut Cina Selatan tetapi negara-negara tetangga yaitu Brunei, Malaysia, Filipina, Taiwan dan Vietnam juga memiliki klaim atas wilayah tersebut.

Baca juga :Australia lacak kapal perang China

Jet pengebom AS terbang di laut China

Pelayaran kapal perang Inggris ganggu hubungan dagang dengan China

Ketegangan antara Hanoi dan Beijing meningkat ketika China mengirim kapal untuk melakukan survei seismik di perairan Vietnam pada awal Juli.
Kementerian luar negeri di Hanoi telah berulang kali menuduh kapal dan pengawalnya melanggar kedaulatan Vietnam dan telah menuntut agar China memindahkan kapal-kapalnya dari daerah itu.

Anggota Institut Internasional untuk Studi Strategis Ha Hoang Hop, mengatakan, China hanya menarik kapal tak lama setelah Hakuryu-5 menyelesaikan pengeborannya di Blok 06.1 Vietnam, yang dioperasikan oleh perusahaan minyak Rusia Rosneft.
Kapal penjaga pantai China juga telah beroperasi di dalam blok minyak sejak kebuntuan dimulai, data Lalu Lintas Laut menunjukkan.
“China bertekad untuk menekan Vietnam untuk mengakhiri eksplorasi dan produksi minyak bersama dengan mitra asing di daerah itu,” kata Hop, yang juga seorang rekan senior yang berkunjung di ISEAS-Yusof Ishak Institute yang berbasis di Singapura.

Sedangkan  PetroVietnam mengatakan kepada perusahaan energi Spanyol Repsol tahun lalu untuk menghentikan proyek minyak lepas pantai di bawah tekanan dari China, dan satu unit Rosneft menyatakan keprihatinannya bahwa pengeboran baru-baru ini dapat mengganggu China.
Presiden Vietnam dan ketua Partai Komunis Nguyen Phu Trong menyerukan pekan lalu untuk menahan diri di Laut Cina Selatan, mengatakan Vietnam harus “tidak pernah berkompromi” pada kedaulatan dan integritas teritorialnya. (*)

Editor : Edi Faisol

Related posts

Leave a Reply