Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jakarta, Jubi – Kamboja mulai mengerahkan rekrutan tikus baru untuk mengendus ranjau darat sisa perang saudara. Negara di Asia Tenggara itu sedang berupaya meningkatkan operasi penjinakan ranjau.
Negara itu mendatangkan 20 tikus berkantung raksasa Afrika yang diimpor dari Tanzania dan telah menjalani pelatihan intensif. “Mereka semua mudah diajak bekerja sama dan mereka tidak peduli siapa yang menangani mereka,” kata pawang So Malen, saat latihan untuk tujuh rekrutan di provinsi Preah Vihear, yang berbatasan dengan Thailand, dilaporkan Reuters, Senin, (14/6/2021).
Baca juga : Peninggalan masa perang dunia di Kepulauan Pasifik
Bom sisa perang dunia II di Polandia meledak saat dijinakkan
Bom mobil di Somalia kembali tewaskan 20 warga
Kamboja adalah salah satu negara dengan ranjau darat paling banyak di dunia, dengan lebih dari 1.000 km persegi tanah masih terkontaminasi bahan peledak, warisan gelap dari perang saudara puluhan tahun silam.
Kamboja juga memiliki jumlah orang yang diamputasi per kapita tertinggi, dengan lebih dari 40 ribu orang kehilangan anggota badan karena bahan peledak.
APOPO, sebuah organisasi internasional yang mengkhususkan diri dalam menggunakan tikus untuk mendeteksi ranjau darat dan tuberkulosis menyebut kelompok tikus baru menggantikan kelompok yang baru saja pensiun yang sebelumnya menemukan 71 ranjau darat dan 38 munisi yang gagal meledak (UXO) dalam lima tahun karirnya.
Salah satunya tikus bernama Magawa menerima medali emas tahun lalu dari People’s Dispensary for Sick Animals Inggris untuk “keberanian menyelamatkan nyawa dan pengabdian pada tugas”.
So Malen mengatakan tikus-tikus itu memiliki indra penciuman yang luar biasa, dan yang membedakan mereka hanyalah kecepatan kerja mereka.
“Perbedaannya kecil, Magawa adalah pahlawan tikus yang bekerja lebih cepat dari yang lain,” kata So Malen. (*)
Editor : Edi Faisol