Papua No.1 News Portal | Jubi
Nouméa, Jubi – Ketegangan politik di Kaledonia Baru meningkat sementara referendum ketiga untuk kemerdekaannya dari Prancis direncanakan pada Desember mendatang.
Proses dekolonisasi di bawah Kesepakatan Nouméa 1998 akan selesai dalam waktu dekat dan berbagai skenario sedang dipersiapkan untuk menindaklanjuti hasilnya.
Pada referendum 2018 dan 2020, mayoritas memilih untuk tidak merdeka, tetapi margin kemenangan menurun dari 56,7% menjadi 53,3%, menunjukkan bahwa pemilih masih tetap terbagi dalam isu ini.
Perjalanan menuju referendum ketiga sejauh ini penuh kendala karena tidak ada konsensus yang bisa dicapai untuk tanggalnya. Pada tahun 2018, tanggal referendum pertama disetujui dengan suara bulat oleh Kongres Kaledonia Baru. Tahun lalu, akibat adanya pandemi Covid-19, referendum tertunda sedikit namun Paris memilih Oktober sebagai titik kompromi antara jadwal yang diusulkan oleh kedua pihak.
Tahun ini, partai-partai anti-kemerdekaan ingin agar referendum dilakukan sesegera mungkin, sementara partai-partai pro-kemerdekaan mau itu dilakukan selambat mungkin, yaitu pada Oktober 2022.
Meskipun Kesepakatan Nouméa memang menentukan harus ada jarak dua tahun antara referendum, menteri luar negeri Prancis, Sebastien Lecornu, mengumumkan di Paris awal bulan ini bahwa referendum akan diadakan pada 12 Desember mendatang.
Secara umum politisi anti-kemerdekaan menyambut baik tanggal tersebut, namun pihak pro-kemerdekaan terus menyebut pilihan itu sebagai ‘keputusan sepihak’. (RNZ Pacific)
Editor: Kristianto Galuwo