Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – Sejumlah 25 jurnalis di Papua mengikuti pelatihan jurnalisme data yang digelar Yayasan Bakti di Kota Jayapura, Sabtu (4/12/2021). Pelatihan bertajuk “Sistem Informasi Orang Papua atau SIO Papua itu menghadirkan redaktur Majalah Tempo, Yosep Suprayogi sebagai pemateri.
Direktur Eksekutif Yayasan Bakti, Mohamad Yusran Laitupa mengatakan berbagai pihak terus mendorong adanya satu data yang diakui semua pemangku kepentingan di Indonesia. Oleh karena itu, penting bagi jurnalis untuk membuat laporan jurnalistik berbasis data.
Laitupa menyatakan pemerintah daerah sebagai penyedia data resmi juga diharapkan menjadi mitra bagi para jurnalis. “Satu data [adalah] keniscayaan. Suatu saat, mau tidak mau, kita harus satu data. Dorongannya terlalu kuat,” katanya.
Baca juga: PBH Pers Tanah Papua akan dampingi jurnalis yang alami kekerasan
Kepala Pusat Data dan Analisa Pembangunan (Pusdalisbang) Badan Perencana Pembangunan Daerah (Bappeda) Papua, Andry di hadapan para jurnalis mengatakan pembangunan juga harus berbasis data. Andry menyatakan pihaknya memiliki pusat data yang bisa diakses publik.
“Kita juga menampilkan Papua tidak hanya dengan angka-angka, tapi juga dengan gambar. Itu lebih inovatif,” katanya.
Ia mengatakan di Indonesia ada SDI atau Satu Data Indonesia. Di Papua, juga terdapat Paitua, atau Papua Integrasi Satu Data). “Data itu pasti ada di mana-mana. Tapi ketika kitong cari, dia tidak di mana-mana. Itu tantangannya [mencari dan mengolah] data,” ujar Andry.
Menurut Andry, data yang digunakan dalam publikasi jurnalistik hendaknya data terkini (up to date). Data biasanya dipegang satu individu, namun harus tetap terintegrasi.
Pelatihan jurnalisme data pada Sabtu diikuti puluhan jurnalis berbagai media di Papua. Para peserta pelatihan bersemangat mempelajari cara mengolah data, memvisualisasi data, dan menarasikan data.
Baca juga: Jurnalis: Jangan anggap isu Papua sensitif, jika mau melihat Papua secara adil
Salah seorang peserta pelatihan itu, Beatriks Ibo mengatakan karya jurnalistik tidak hanya menyangkut kecepatan, tetapi juga memperhatikan etika jurnalistik, dan bisa mempertanggungjawabkan berita yang disampaikan kepada publik.
Jurnalisme data adalah langgam jurnalistik yang semakin diminati publik. “Jurnalisme data sedang menjadi tren yang makin menguat akhir-akhir ini,” kata perempuan Papua yang akrab disapa Bebo itu.
Bebo mengatakan, jurnalisme data akan menjadi pembeda antara jurnalis profesional dengan pengguna media sosial. Oleh sebab itu, jurnalis profesional diharapkan dapat mengemas data yang rumit menjadi cerita atau narasi yang menarik.”Ya, dari data lalu cerita mencari,” katanya. (*)
Editor: Aryo Wisanggeni G