Jayapura, Jubi – Ketua Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Kota Jayapura Agus Fauzi mengatakan, jumlah LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender) di Papua setiap tahun terus bertambah.
“Jumlahnya tidak usah saya omongi ya, begitu juga tempat mereka sering kumpul, namun perkembangan mereka di Papua dari tahun ke tahun meningkat, meningkatnya LGBT tersebut karena bergaulan sesama jenis,” katanya di ruang kerjanya di Jayapura, Rabu (31/8/2016).
LGBT, kata Agus, cenderung bermula dari pergaluan yang dilakukan anak-anak muda usia subur. LGBT di Papua sudah membentuk komunitas yang mewadahi mereka.
Menurut Agus, PKBI sudah memberikan sosialisasi kepada kelompok tersebut dan berharap mereka tidak memberikan dampak buruk terhadap orang lain atau meneruskan sifat LGBT kepada orang lain.
“Kami harus kerja ekstra untuk mensosialisasikan kepada masyarakat bahwa usia mulai puber pertama sejak 12 tahun harus mendapatkan materi kesehatan reproduksi agar jangan menjadi LGBT,” ujar Agus yang juga Kepala Seksi Jalur Wilayah Khusus BKKBN Wilayah Papua.
Selain pergaulan sesama jenis, menurut Agus, penyebab tumbuh dan berkembangnya LGBT juga disebabkan gaya hidup. Ia mencontohkan jika seseorang berteman dengan penjual minyak wangi maka ia ikut wangi. Kalau berteman dengan pandai besi tentu ikut bau arang.
Agus mengatakan, cara satu-satunya menangani LGBT adalah memberikan penguatan dan pencerahan kepada anak-anak sejak usia dini dan akan menginjak remaja.
“Kalau dari hormon dan selalu bergaul dengan LGBT pasti akan ikut menjadi LGBT juga, bisa sembuh yang penting ada penguatan dari keluarga, tapi kalau masih berteman dengan orang-orang itu saja pasti tidak akan sembuh,”ujarnya.
Salah seorang LGBT di Abepura yang enggan menyebutkan namanya mengatakan, sejak berusia 14 tahun ia sudah merasa menyukai laki-laki sejenis dengannya.
“Saya tidak tahu kenapa, tetapi itu yang saya alami, sejak SD hingga SMP pergaulan saya selalu dengan perempuan, mungkin itu menjadi penyebab saya seperti ini, namun saya berharap saya bisa tumbuh menjadi manusia normal seperti yang lainnya,” katanya. (*)