Jumat Agung, Paus dengarkan kesedihan tahanan dan korban corona

Paus emeritus Benediktus XVI - Jubi/katolisitas.org
Paus emeritus Benediktus XVI – Jubi/katolisitas.org

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Vatican City, Jubi – Paus Fransiskus memimpin upacara Jalan Salib yang diadakan di Lapangan Santo Petrus yang kosong pada Jumat (10/4/2020) karena wabah virus corona. Namun ia mendengarkan para tahanan dan korban corona yang menceritakan kesedihan mereka.

Read More

Upacara untuk memperingati saat-saat terakhir hidup Yesus itu untuk pertama kalinya tidak diadakan di Colosseum kuno Roma sejak tradisi modern diperkenalkan kembali oleh Paus Paulus VI pada 1964.

Baca juga : Awali Pekan Suci di tengah pandemi, Paus Fransiskus: Ini saatnya melayani

Menempuh jalan perdamaian: Belajar dari Fransiskus Asisi

Riwayat hidup, karya, dan inspirasi pemikiran Jorge Mario Bergoglio (Paus Fransiskus)

Fransiskus menyaksikan dari bawah kanopi di tangga basilika ketika 10 orang, setengahnya dari penjara Italia dan setengah lainnya dari layanan kesehatan Vatikan, membawa salib dan obor menyala ke arahnya.

Para pembicara membacakan renungan ketika kelompok itu berhenti 14 kali untuk menandai setiap peristiwa Jalan Salib, yang dimulai dengan yang pertama ketika Yesus dihukum mati oleh Pontius Pilatus sampai yang terakhir ketika dia dikuburkan di sebuah makam.

Renungan itu ditulis oleh kelompok-kelompok yang berbeda setiap tahun dan kali ini mereka ditulis oleh para tahanan, termasuk seorang pembunuh, dari sebuah penjara di Italia utara, dan penjaga penjara, pendeta spiritual, dan anggota keluarga dari kedua tahanan dan korban.

Fransiskus sering memperhatikan masalah tahanan, termasuk kepadatan yang berlebihan, dan baru-baru ini ia menyatakan keprihatinan bahwa virus corona akan menyebar tanpa terkendali di penjara.

Para peserta berdoa di depan salib kayu yang biasanya disimpan di gereja Roma dan dibawa ke Vatikan untuk kebaktian khusus.

Menurut tradisi, wabah yang melanda Roma pada 1522 mulai surut setelah salib dibawa berkeliling di jalan-jalan ibu kota Italia selama 16 hari pada 1522.

Sebelumnya pada Jumat, Paus Fransiskus bersujud di lantai Basilika Santo Petrus yang kosong di kebaktian “Passion of the Lord”—salah satu saat yang jarang ketika paus tidak memberikan homili, melainkan menyerahkan tugas tersebut kepada Pastor Raniero Cantalamessa, sang pengkhotbah dari rumah tangga kepausan.

Cantalamessa mengatakan pandemi yang telah menewaskan hampir 19.000 orang di Italia, harus menjadi dorongan bagi orang untuk menghargai apa yang sebenarnya penting dalam hidup.

“Janganlah kita membiarkan begitu banyak rasa sakit, begitu banyak kematian, dan begitu banyak perjuangan petugas kesehatan menjadi sia-sia. Kembali ke keadaan semula adalah kemunduran yang paling harus kita takuti,” katanya. (*)

Editor : Edi Faisol

Related posts

Leave a Reply