Tidak diketahui pasti bagaimana politikus berusia 30 tahun itu meninggal.
Papua No. 1 News Portal | Jubi ,
Kigali, Jubi – Juru bicara pemimpin oposisi terkemuka Rwanda, Victoire Ingabire, bernama Anselme Mutuyimana, ditemukan tak bernyawa. Tidak diketahui pasti bagaimana politikus berusia 30 tahun itu meninggal.
Dalam beberapa tahun terakhir ini, sejumlah pembangkang ditemukan tewas di Rwanda dan di pengasingan dalam kasus yang belum terungkap. Pihak berwenang Rwanda mengatakan mereka sedang melakukan penyelidikan atas kematian tersebut.
Baca juga : Empat perempuan Irak tewas ditembak secara misterius
“Penyelidikan dimulai. Hingga sejauh ini, belum ada tersangka dalam kasus tersebut,” ujar juru bicara Biro Penyelidikan Rwanda, Modeste Mbabazi.
Kakak Mutuyimana, Augustin Tubanambazi, mengatakan tidak ditemukan luka pada jasad adiknya, hanya darah keluar dari mulutnya.
Tercatat, kejadian yang nyaris sama juga terjadi pada 2010, saat Wakil Presiden Democratic Green Party Andre Kagwa Rwisereka ditemukan tewas. Selanjutnya pada 2014, mantan kepala intelijen yang pernah diasingkan Patrick Karegeya juga ditemukan tak bernyawa di sebuah kamar hotel di Johannesburg.
Baca juga : Belasan Jenazah bayi di kota Detroit ditemukan membusuk
Ingabire yang kembali dari Belanda untuk maju dalam pemilihan presiden pada 2010, sebelumnya menjalani enam dari 15 tahun vonis penjara lantaran menghasut pemberontakan. Mbabazi mengatakan pejabat lainnya dari partai FDU-Inkingi Jean Damascene Habarugira, dua tahun lalu juga mengalami hal serupa. Ia ditemukan tewas dan kasusnya tak pernah terselesaikan.
“Kami butuh keadilan,” kata Ingabire.
Ia mengatakan menurut para saksi, beberapa pria berpakaian polisi di sebuah mobil merah menahan Mutuyimana di daerah Mahoko barat. Namun Kepolisian belum bisa dihubungi untuk mengomentari laporan tersebut.
Setelah genosida berlangsung selama 25 tahun hingga menewaskan sekitar 800 ribu orang suku Tutsi dan Hutu, Presiden Rwanda Paul Kagame, mendapat pujian internasional karena dinilai berhasil memulihkan perekonomian dengan aman dan cepat.
Namun, ia juga mendapat banyak kecaman kelompok HAM dengan maraknya perlakuan kasar, pembungkaman media independen, serta penindasan terhadap oposisi politik. Meski tuduhan tersebut dibantah Kagame. (*)
Editor : Edi Faisol