Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – Kualitas pemain asal Mali kelahiran Prancis, Mamadou Samassa masih menjadi tanda tanya besar oleh masyarakat Papua dan juga para pencinta Persipura.
Pada masa kepemimpinan pelatih Luciano Leandro, hampir disetiap pertandingan, pemain jangkung tersebut masuk dalam pemain inti, namun peran dari pemain 33 tahun tersebut belum memberikan kontribusi lebih terhadap Mutiara Hitam julukan Persipura Jayapura.
Tongkat estafetpun berlanjut ke tangan suksesor baru Persipura Jayapura, Jacksen F. Tiago. Samassa diturunkan pada babak kedua menggantikan Oh In-kyun saat Persipura menjamu tamunya Madura United. Namun lagi – lagi, Samassa belum bisa menunjukkan performa yang apik dalam laga tersebut. Walaupun, pada laga tersebut Persipura berhasil meraih kemenangan perdana dengan skor tipis 1-0.
Jubi pun menanyakan hal tersebut kepada sang pelatih, alasan dirinya memasukkan Samassa. JFT sapaan akrabnya mengatakan, dirinya belum punya banyak pilihan untuk memasukkan seorang penyerang, dan kondisi pemain Persipura saat pertandingan tersebut hanya Samassa.
“Saya ingin dia memanfaatkan tubuhnya yang jangkung dengan memanfaatkan bola-bola atas. Tetapi, kita bisa lihat sendiri aliran bola dari Tibo ke Samassa terlalu cepat, dan saya berpikir dengan kemampuan dari Samassa bisa menahan bola lebih lama. Harapan sampai disitu saja, karena saya tidak punya pilihan,” katanya kepada Jubi, Rabu (17/7/2019) malam.
Dalam program latihan sehari sebelum keberangkatan tim ke Bekasi untuk menghadapi Bhayangkara FC, JFT memprioritaskan kepada pemain yang tidak diturunkan dalam laga kontra Madura United.
“Dalam latihan tersebut saya fokus mencari seseorang menjadi pilihan di saat yang sama untuk saya membandingkan dengan Samassa. Dulu saya hanya bisa melihat dia di televisi tetapi saya tidak mengetahui kemampuannya. Setelah laga kemarin, saya berpikir dan membutuhkan seseorang yang bisa faigh dengan pemain belakang lawan,” ujarnya.
Disinggung kenapa tidak memasukkan Gunansar Mandowen terlebih dahulu? JFT mengatakan bahwa ada beberapa strategi yang diterapkan dirinya saat menghadapi Madura United.
“Saya harus menunggu momen yang lebih tepat lagi untuk memasukkan Mandowen, seperti dia masuk dengan kualitas dan kelincahan dia mengolah bola. Saya rasa, kalau bukan anak Papua yang menjaga pergerakan dari Mandowen, saya rasa permainan Mandowen tidak seperti itu. Hanya karena Fandri Imbiri dan Marko Meraudje yang sama-sama anak Papua maka ada rasa segan,” katanya.
Sebagai pelatih kata JFT, harus memikirkan berbagai aspek tanpa melihat kualitas individu dari pemainnya.
“Saya harus berpikir soal jalannya pertandingan dan sistim. Kalau kalian bertanya pendapat saya soal dia (Samassa), yah, pastinya pendapat saya sama dengan pendapat kalian sekarang. Tetapi saat ini saya baru datang, dan belum bisa saya katakan dia tidak mampu. Saya memiliki 28 pemain yang harus saya analisa untuk bermian selama 90 menit. Saat ini saya sudah memiliki sedikit gambaran dari pemain saya, dan saya akan menemukan formula yang tepat untuk Persipura,” bebernya.
Dikatakan, tidak mudah untuk melakukan peremajaan dalam sebuah tim termasuk Persipura. Dan bukan berarti ketika dirinya datang maka akan dengan mudah memilih pemain sesuai dengan kehendak dirinya, karena lebih dulu mengenal mereka disaat dirinya melatih sejak 2008 hingga 2014 lalu.
“Mereka harus menunjukan kulitas kepada saya. Yang saya tau sekarang kualitas pemain adalah Boaz, Ian Kabes, Imanuel Wanggai, Yustinus Pae, Titus Bonai, karena mereka pernah bekerjasama dengan saya beberapa tahun silam. Untuk pemain muda saya belum tahu, tetapi dengan perjalanan waktu saya pasti akan mengetahui kemampuan mereka seperti apa,” katanya.
Mantan pelatih Persipura, Luciano Leandro beberapa waktu lalu mengatakan bahwa Samassa harus diberikan menit bermain yang banyak karena dirinya yakin, Samassa butuh adaptasi dengan sepak bola Indonesia dan juga gaya permainan Persipura.
“Saya yakin dia bisa bangkit, tetapi harus beri dia waktu. Dia baru bergabung ketika kompetisi tinggal tiga hari sudah bergulir,” ujarnya kala itu. (*)
Editor: Edho Sinaga