Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jakarta, Jubi – Sekelompok Muslim, Yahudi dan Kristen pada Kamis melakukan upacara peletakan batu pertama bangunan yang akan menampung masjid, sinagog, dan gereja dalam satu atap sebagai simbol dialog lintas agama di ibu kota Jerman, Berlin.
Pembangunan tempat ibadah lintas keyakinan itu dilakukan beberapa hari setelah protes di Berlin atas konflik antara Israel dan Palestina di Gaza, dan pada saat para politisi memperingatkan meningkatnya anti-Semitisme di Jerman, “House of One” menawarkan aksi konkret untuk dialog lintas agama, kata para pendirinya.
“Penting agar konflik dunia yang dramatis dapat didiskusikan di ibu kota Jerman dan masyarakat memiliki panggung untuk menyoroti masalah di negara mereka dan mengungkapkan pendapat mereka,” kata Wali Kota Berlin, Michael Mueller, dikutip dari Reuters, Kamis (27/5/2021).
Baca juga : Muslim Irak bangga ikut renovasi gereja akibat kekerasan ISIS
Negara ini tetapkan 1 Februari sebagai hari hijab nasional
Peresmian Hagia Sophia menjadi masjid mengundang Paus Fransiskus
Mueller mengatakan tak mentolerir kebencian dan kekerasan, anti-Semitisme dan Islamofobia, rasisme dan hasutan. “Tidak memiliki tempat dalam masyarakat kita,” kata Mueller menambahkan.
Bangunan dengan menara persegi tinggi itu akan berisi ruangan terpisah untuk ibadah dan area umum untuk pertemuan.
Kepala Dewan Pusat Yahudi Jerman dan Dewan Pusat Muslim menyambut baik proyek tersebut.
“Proyek House of One mengirimkan sinyal penting saat ini,” kata Heinrich Bedford-Strohm, kepala gereja Protestan di Jerman, kepada media RND.
Pekerjaan konstruksi, yang dimulai setelah 10 tahun perencanaan, akan memakan waktu empat tahun dan menghabiskan biaya 47,3 juta euro (Rp 825 miliar). Pemerintah Jerman memberikan donasi 20 juta euro (Rp 348,8 miliar), pemerintah kota Berlin 10 juta euro (Rp 174 miliar), dan sisanya akan datang dari donatur lain, termasuk sumbangan dari luar negeri.
Tempat ibadah tiga agama itu akan dibangun di atas situs gereja abad ke-13 yang dihancurkan oleh pemerintah Komunis Jerman Timur pada tahun 1960-an. (*)
Editor : Edi Faisol