Jemaat Baptis Papua lindungi ratusan keluarga Muslim dari amuk massa

Kota Wamena foto dari udara pada demonstrasi berujung amuk massa pada 23 September 2019 -Jubi/ Ist.
Kota Wamena foto dari udara pada demonstrasi berujung amuk massa pada 23 September 2019 -Jubi/Ist.

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Jayapura, Jubi – Kisah toleransi bermunculan pasca peristiwa kerusuhan di Wamena 23 September lalu. Kali ini tokoh agama dari gereja Baptis Wesaroma melindungi 370 keluarga muslim dalam gedung ibadah. Salah satu tokoh gereja, Simet Yikwa mengatakan, mereka menyembunyikan keluarga muslim itu lebih dari lima jam.

Read More

“Pada 23 September 2019 terjadi kerusuhan, sebagian kami selamatkan di gedung ibadah, sebagian kami lindungi di belalang rumah saya, dan sebagian mereka dilindungi di rumah Hengky Yikwa anggota Jemaat Baptis dan juga anggota DPRD Mamberamo Tengah,” kata Simet Yikwa kepada Jubi, Minggu (6/10/2019).

Setelah bersembunyi hingga pukul 15.00 WP, seluruh pengungsi dievakuasi oleh TNI ke Markas Kodim Wamena. Saat ditanya alasan menyelamatkan korban kerusuhan, Simet mengaku hanya melaksanakan ajaran yang ada dalam agamanya.

“Waktu yang lain sibuk melindungi kawan-kawan muslim, ada yang marah dan bakar motor. Saya diteriaki kelompok Barisan Merah Putih (BMP). Tetapi, saya dengan istri sampaikan, kami laksanakan ajaran Tuhan Yesus dan juga ajaran Alkitab,” ujarnya.

Ia bahkan mencoba untuk meredakan situasi dengan menjelaskan bahwa muslim dan pendatang bukanlah musuh orang Papua.

“Kalau kamu mau membunuh teman-teman pendatang, lebih baik kamu membunuh saya duluan. Apa salah mereka? Saya punya kewajiban iman dan moral serta bertanggungjawab lindungi dan jaga mereka,” kata Simet Yikwa.

Selain itu, majelis dan bendahara gereja Baptis Walani, Yafet Wakur juga melindungi para pendatang dan kaum muslim di lokasi giling batu dan pembakaran batu tela di Walani.

“Dari mereka tidak ada yang menjadi korban,” kata Wakur.

Presiden PGBP Dr. Socratez S. Yoman mengatakan, musuh orang Papua bukanlah muslim dan pendatang.

“Mari, anda Kristen atau Muslim, anda penduduk Asli Papua atau pendatang, kita bersama-sama melawan rasisme dan kekerasan atas nama agama. Kita melawan hoax yang diciptakan penguasa sedang berjalan telanjang sekarang ini. Kita bersama-sama menjaga martabat manusia dan memperjuangkan keadilan yang nyata demi mewujudkan kehidupan harmoni dan perdamaian permanen di Tanah Papua dari Sorong-Merauke,” ungkap Yoman.  (*)

 

Editor: Edho Sinaga

 

Related posts

Leave a Reply