Jejak perang pasifik dari Dog Tag tentara Amerika di Papua

Papua
Invasie Strand Hamadi, Hollandia 1944-Jubi/ist

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Jayapura, Jubi – Era 1980an, anak-anak pelajar SMP dan SD di Kota Jayapura sangat gencar mencari peneng atau dikenal dengan Dog Tag atau kalung identitas tentara Amerika Serikat yang tewas selama perang Pasifik di Papua.

Mulai dari kawasan pantai Base G hingga lokasi bekas Perang Pasifik di Hollandia, ada rasa bangga ketika mengenakan kalung peneng berwarna perak itu atau besi putih anti karat.

Read More

Akibatnya, jejak perang Pasifik di Kota Jayapura hilang tak berbekas termasuk besi tua tank-tank di Pantai Hamadi maupun bekas kapal kapal terkaram di sepanjang pantai Dok II dan Dok IV.

“Saya masih ingat waktu kecil dulu, ramai sekali orang cari pening tentara Sekutu. Dari Angkasa sampai Pasir 2, orang jalan cari pening sekutu, juga cari pedang tentara Jepang. Sekarang orang jalan cari barang barang peninggalan perang untuk dijual,” tulis Filep Mambor warga Angkasa Kota Jayapura dalam akun pribadi facebooknya kepada arsip.jubi.id belum lama ini.

Tag dog ini penting untuk mengidentifikasi korban atau jenazah dan untuk membuat perbedaan bagi keluarga dan pihak berwenang selama perang dunia kedua. Hingga kini rasa bangga memakai tag dog ini hilang karena sudah habis dicari oleh anak-anak pelajar di Papua era 1980 an.

Papua
Dog Tag atau peneng peninggalan perang tentara sekutu di Kota Jayapura-Jubi/ist

United States (US) Military Dog Tag sudah tak terdengar lagi bagi generasi 2000 di tanah Papua, walau demikian pernyataan  Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto dan Menteri Pertahanan Amerika Serikat Dr. Mark T. Esper sebagaimana dikutip dari id.usembassy.gov/id/ menyebutkan Menhan Esper dan Menhan Prabowo menandatangani Memorandum of Intent untuk memajukan upaya lembaga Defense Prisoner of War/Missing in Action Accounting Agency untuk memulai kembali kegiatan mereka di Indonesia menemukan sisa-sisa jasad prajurit AS yang hilang di Indonesia selama Perang Dunia II

Keterlibatan Amerika Serikat dalam Perang Dunia Kedua atau Perang Pasifik setelah Jepang menghancurkan pangkalan Angkatan Laut USA di Pearl Harbour Hawaii pada 7 Desember 1941. Selanjutnya tentara Jepang masuk ke Hollandia (Jayapura) 19 April 1942.

Angkatan Laut Jepang dan Marinirnya membangun pangkalan militer dan landasan lapangan terbang di Hollandia dan Sentani. Jalan darat dari Hollandia ke Vim dan Sentani termasuk tiga lapangan terbang di Sentani, Doyo dan Hollandia Teluk Youtefa. Tercatat sebanyak 350 jenis pesawat zero.

Mengutip Wikipedia org menyebutkan Mitsubishi A6M Zero adalah pesawat tempur jarak jauh yang dioperasikan tentara Angkatan Laut Kekaisaran Jepang dari 1940-1945. Tentara Sekutu USA menyebut nama pesawat ini Zero sedangkan nama Jepang adalah Rei shiki kanjo sentoki. Kode resmi Sekutu adalah Zeke.

Papua
Tank tentara sekutu di Pantai Hamadi- Jubi/dam

Praktis, tentara Jepang membangun pangkalan militernya di Hollandia sejak 1942 sampai dengan 1944, namun pada 30 Maret 1944 Jenderal  Douglas Mac Arthur dengan taktik strategi loncat katak atau Island Hopping method menghancurkan 350 pesawat jenis Zero di Bandara Sentani.

Selanjutnya, pada 22 April 1944 Hollandia dihujani bom dan peluru, pendaratan di dua jurusan baik serangan laut maupun udara. Wilayah Teluk Youtefa dan Humboldt tercatat kapal kapal milik tentara Sekutu masuk.

“Saat itu kami mengungsi ke Kampung Ormu,” kenang mendiang Pdt Silas Chaay kepada arsip.jubi.id

Hal senada juga dikatakan Hans Robert Ohee, saat sekutu menyerang Jepang di lapangan terbang Sentani warga bersembunyi di dalam hutan rawa-rawa tumbuhan sagu.

“Pesawat tempur Amerika melepaskan bom dan terbang melintasi Danau Sentani. Kitorang bersembunyi di hutan sagu karena banyak bom tidak meledak di dalam rawa rawa sagu,” kenang mantan karyawan Pertamina (86) kepada arsip.jubi.id

Tercatat selama perang Pasifik di Kota Jayapura menurut Arnold Mampioper dalam buku berjudul ‘Jayapura Ketika Perang Pasifik’ menyebutkan tentara sekutu Amerika Serikat korban sebanyak 156 dan luka luka sejumlah 1057 orang. Sedangkan tentara Jepang korban sebanyak 3300 orang.

Panglima Angkatan Darat Jepang, Jenderal Inada mengundurkan diri dan masuk ke hutan sebelah Barat Sentani menuju Sarmi dengan kekuatan pasukan sejumlah 7200 orang. Namun dari jumlah tersebut hanya tersisa 1000 tentara Jepang di Sarmi yang ditumpas dalam pendaratan Sekutu di Sarmi dan pertempuran di Wakde.

Setelah Perang Dunia berakhir sampai sekarang, pemerintah Jepang maupun Amerika Serikat masih mencari tentara mereka yang hilang dalam Perang Pasifik. Menemukan sisa-sisa jasad tentara sekutu sebagaimana anak anak pelajar SMP di kota Jayapura mencari Dog Tag milik tentara sekutu.(*)

Editor: Edho Sinaga

Related posts

Leave a Reply