Papua No.1 News Portal | Jubi
Sentani, Jubi – Warga menemukan sejumlah barang arkeologi di Kampung Asei, Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura. Benda dari zaman prasejarah itu ditemukan pada saat pengerjaan jalan penghubung Pantai Khalkote dengan Telaga Ria, bulan lalu.
Barang arkeologi tersebut terdiri atas pecahan gerabah berukuran sekitar 10 sentimeter, kapak batu, batu penokok sagu, dan batu pengasah. Lokasi penemuannya sekitar 500 meter di sebelah timur Pantai Wisata Khalkote, yang juga menjadi lokasi Festival Danau Sentani.
Benda-benda bernilai sejarah tersebut ditemukan Corry Ohee di lokasi pembersihan hutan sagu untuk pembangunan jalan penghubung di Ayennem. Dia mendapatinya teronggok di tanah dan di balik rerumputan.
“Penemuan benda prasejarah ini menandakan Ayennem pernah ditinggali orang (merupakan lokasi permukiman penduduk) pada masa lalu. Jadi, zaman dahulu nenek moyang kami tinggal di sana, sebelum pindah ke Pulau Asei,” kata Ohee, Rabu (17/6/2020).
Dia berkisah nenek moyang mereka berasal dari wilayah timur atau Pulau Pasifik. Rombongan itu kemudian berlayar ke barat hingga ke Pulau Yamna. Selanjutnya, mereka menyusuri perairan ke arah timur hingga ke Teluk Youtefa, dan pada akhirnya tiba di pinggiran Danau Sentani serta menetap di Ayennem.
“Nenek moyang kami berburu, menangkap ikan, berkebun dan menokok sagu (untuk memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari). Mereka juga bertanam pisang, talas, ubi jalar, sukun, kelapa, pinang, dan matoa. Tradisi mereka ialah mengukir, melukis, menari, membuat perahu, dan membangun rumah panggung (rumah adat) Khombo,” jelas Ohee.
Berdasarkan analisis Balai Arkeologi Papua, pecahan gerabah yang ditemukan di Ayennem ialah bekas perangkat masak pada zaman prasejarah. Pecahan yang berukuran tebal merupakan bagian dari tempayan untuk menyimpan saripati sagu. Adapun pecahan yang lebih tipis merupakan bagian dari periuk untuk memasak air, papeda, ikan, dan merebus siput danau.
“Pada masa prasejarah, tepi danau dipilih sebagai lokasi hunian karena dekat dengan sumber air, ikan, siput, dan hutan sagu. Danau juga berfungsi sebagai sarana transportasi perairan dengan menggunakan perahu,” kata Arkeolog dari Balai Arkeologi Papua Hari Suroto.
Hari berharap situs Ayennem dirawat dengan baik sehingga berkembang menjadi destinasi wisata pendukung Festival Danau Sentani. “Masyarakat (setempat) harus menjaga dan mengurusi benda-benda prasejarah tersebut tanpa merubah bentuknya, apalagi sampai hilang. Mereka bisa berkoordinasi langsung dengan pemerintah setempat (untuk melestarikan situs Ayennem.” (*)
Editor: Aries Munandar