Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – “Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah” (Jasmerah) adalah semboyan terkenal yang diucapkan oleh Presiden RI pertama, Soekarno dalam pidatonya yang terakhir pada Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1966.
Begitupun dengan Persipura, manajemen juga jangan menutup mata dengan jasa para mantan pemain dan juga para pemain yang saat ini masih setia membela panji Mutiara Hitam.
Generasi emas Papua yaitu pada PON 2004 seperti Yustinus Pae, Boaz Solossa, Gerald Pangkali, Ricardo Salampessy adalah pemain-pemain yang sudah memberikan segudang prestasi kepada Persipura.
Hingga kini, yang masih setia membela Persipura adalah Boaz Solossa, Yustinus Pae, dan Ricardo Salampessy. Mereka tak goyah walau cacian dan makian dari para pendukung setia Persipura didaratkan ke permainannya. Mereka pun sadar akan usia mereka yang sudah tidak muda lagi, tetapi masih tetap berdiri tegak untuk menatap Persipura sebagai klub yang mengangkat harkat dan martabat orang asli Papua.
Keterpurukan Persipura saat ini bukan hanya kesalahan satu atau dua orang pemain, tetapi keterpurukan Persipura saat ini adalah kesalahan yang harus ditanggung bersama-sama oleh seluruh elemen yang bekerja dibawah PT Persipura Papua.
Kesalahan seorang Boaz Solossa yang tidak bisa memasukkan bola ke dalam gawang Perseru Badak Lampung FC seolah-olah adalah kuburan karir bagi dirinya. Sumpah serapah dari segala penjuru pencinta sepakbola Papua pun berdatangan kepada pemain yang telah meraih tiga kali gelar top scorer dan gelar pemain terbaik tiga kali tersebut.
Ganti manajemen, istirahatkan para pemain senior, ganti jersey, dan berbagai hal diluapkan para pencinta Persipura, tetapi jangan lupa bahwa para pemain yang menjadi target umpatan tersebut pernah memberikan kejayaan kepada Persipura yang saat ini ditakuti seluruh klub di seantero Indonesia, bahkan Asia.
Kompetisi Shopee, Liga 1 2019
Persipura memulai awal kompetisi dengan kurang meyakinkan. Bertandang ke markas Maung Bandung diawal laga, Persipura harus menelan kekalahan telak 0-3. Kekalahan tersebut pun berlanjut hingga hasil kurang memuaskan pada laga keenam. Melihat hal tersebut, manajemen pun bergerak cepat dengan mendatangkan Jacksen F. Tiago (JFT) untuk menukangi Boaz Solossa cs untuk melanjutkan tongkat estafet dari tangan Luciano Leandro.
Datangnya Papi negro sapaan akrab Jacksen Tiago ke tubuh Mutiara Hitam cukup menjawab kebutuhan tim, karena tim saat ini sedang terpuruk di zona degradasi atau tepatnya di posisi 16 klasemen sementara.
Dalam tujuh laga yang sudah dijalani Mutiara Hitam, selalu mendapatkan hasil kurang memuaskan di mana Persipura hanya meraih empat kali hasil imbang dan tiga kali mengalami kekalahan. Imbasnya, Ketua Umum Persipura, Benhur Tommi Mano pun marah-marah usai Persipura ditahan imbang Perseru Badak Lampung FC pada, Rabu (10/7/2019).
Kata BTM sapaan akrabnya, para pemain yang sudah senior harus sadar diri dengan kemampuannya, namun hal tersebut juga bukan sepenuhnya kesalahan dari para pemain yang dikatakan senior. BTM pun berjanji akan melakukan evaluasi terhadap kinerja dari seluruh pemain Persipiura yang tergabung dalam kompetisi tahun ini.
Kini, JFT akan datang, apakah evaluasi tersebut tetap akan dilakukan oleh pihak manajemen? BTM kepada wartawan, Kamis (11/7/2019) diruang kerjanya mengatakan, pihak manajemen akan memberikan sepenuhnya proses evaluasi kepada sang pelatih baru.
“Kami serahkan sepenuhnya kepada Jacksen Tiago. Kalau ada pemain yang menurut Jacksen tidak perlu dikontrak lagi ya, kami lepas. Tugasnya manajemen adalah menjalankan apa keinginan dari sang pelatih, karena itu untuk kebaikan tim kedepannya,” kata BTM.
Kedatangan JFT pun disambut mantan pemain Persipura, Nico Dimo. Mantan penjaga gawang Persipura tersebut kepada Jubi mengatakan, JFT adalah pelatih yang cukup fenomenal di tanah Papua karena telah memberikan sejumlah gelar terhadap Persipura.
“Ini Papua ko mo apa? Sekali Jackson F Tiago tetap dia adalah pelatih terbaik milik klub Persipura. Selamat datang sang legenda hidup yang sudah menorehkan prestasi terbaik bagi klub milik publik dan fans berat Persipura Jayapura di kampung halamanmu Papua negeri yang melahirkan tim sepak bola terhebat dengan panggilan “Mutiara Hitam”,” ujarnya.
Nico Dimo pun awalnya merasa pesimis dengan kembalinya Papi negro, namun itu dijawab oleh manajemen dengan menorehkan tandatangan sang pelatih dalam lembar kontrak kerjasama selama satu musim.
“Pace ko tra kosong, ternyata ko sangat hebat dan luar biasa. Sa pikir ko berat untuk kembali ke Persipura ternyata saya salah. Yang benar itu ko pu cinta buat tanah ini dengan perkembangan sepak bola, ko luar biasa. Karena itu sa yakin ko pasti bisa angkat derajat tim yang pernah ko kasi juara ini, kembali ke masa jaya, kami yakin,” katanya.
Berada pada papan dasar klesemen membuat semua pihak merasa cemas tentang masa depan tim Persipura, pesimis dan optimis menjadi buah bibir dari para fans dan masyarakat luas pecinta Persipura, tentu semua itu sah-sah saja, toh balik pada kecintaan dan rasa memiliki.
“Terima kasih buat Ketum Persipura Benhur Tomi Mano dan Manajer Tim Persipura Rudy Maswi, yang mampu menjawab permintaan para pendukung setia Persipura. Tentu harapan besar ialah sang coach memenuhi target pertama di dua pertandingan awal tim Persipura, mampu mendapatkan angka kemenangan pertama untuk tancap gas meninggalkan penghuni papan bawah klesemen,” harap Nico. (*)
Editor: Edho Sinaga