Jangan malu konsumsi ARV, stoknya aman dan gratis

Obat-obatan HIV/AIDS di Papua.
Foto ilustrasi-Jubi/Dok.
Ilustrasi-Jubi/Dok.

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Jayapura, Jubi – Ketersediaan obat ARV untuk Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) di Papua masih aman.  Geradus Ete dari ARV Community Support (ACS) mengatakan, minimnya kesadaran ODHA di Papua dalam mengkonsumsi ARV menjadi salah satu penyebab banyaknya stok obat tersebut.

Read More

Meskipun ketersediaan obat ARV cukup di Papua, yang menjadi kendala adalah para ODHA sendiri tidak patuh untuk datang mengambil obat dan mengkonsumsinya.

“Terutama untuk di kota Jayapura sendiri ARV sudah di bagi di setiap Puskesmas, klinik maupun rumah sakit secara gratis sehingga bisa diambil oleh para pasien ODHA,” katanya saat ditemui Jubi pekan waktu lalu.

Menurut Geradus, ada banyak manfaat yang bisa didapat ODHA jika rutin mengkonsumsi ARV. Salah satunya adalah membantu sistem kekebalan tubuh tetap kuat.

“Kebanyakan di Papua, mereka yang terinfeksi HIV memeriksakan diri ketika virus tersebut sudah parah. Jika ODHA rutin mengkonsumsi ARV, kekebalan tubuhnya akan terus terjaga meskipun sudah terinfeksi,” katanya.

Sementara itu Tri Irwanda aktivis HIV/AIDS menambahkan, seharusnya para ODHA punya kesadaran yang tinggi untuk mengkonsumsi ARV. Apalagi ARV yang diberikan gratis.

“Di Jawa saja ARV dihargai Rp800 ribu, apalagi di Papua ARV disediakan gratis oleh pemerintah seharusnya para ODHA memanfaatkan hal ini dengan patuh para aturan,” katanya.

Sekitar  20 Puskesmas dan Klinik di Jayapura sudah tersedia ARV yang bisa diambil saat ODHA melakukan pemeriksaan rutin.

Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Jayapura, dr Samuel M Baso mengatakan untuk ARV telah terbukti kegunaan dan manfaatnya, diantaranya mengurangi resiko penularan HIV,  menghambat perburukan infeksi oportunistik,  dan meningkatkan kualitas hidup penderita HIV, serta menurunkan jumlah virus dalam darah sampai tidak terdeteksi.

Ia juga mengatakan berdasarkan catatan medis, jumlah Orang Dengan HIV/AIDS hingga Maret 2019 mencapai 33.955 orang. Sementara jumlah yang rutin menerima ARV hanya 6.534 Orang.

“Tingginya stigma dan diskriminasi terhadap ODHA, menjadi faktor banyaknya ODHA yang malu datang ke layananan kesehatan,” ujarnya.

 

Editor: Edho Sinaga

Related posts

Leave a Reply