Papua No. 1 News Portal | Jubi ,
Sambutan Presiden GIDI dalam pembukaan Konferensi XIX GIDI
“Jangan halangi gereja untuk jalankan visi Tuhan”
Yang saya kasihi delapan ketua wilayah dan 63 klasis yang hadir dalam Konferensi Sinode GIDI XIX hari ini, Tuhan Yesus memberkati.
Bapak, ibu, saudara yang saya kasihi dalan Tuhan kita Yesus Kristus, pada kesempatan dan momen bersejarah 56 tahun GIDI yang berharga ini kita sebagai umat beragama Indonesia, umat yang memiliki iman kepada Tuhan patut mengucap syukur. Sekaligus kita menatap 56 tahun berikut kita sebagai anugerah Tuhan untuk bersaksi, bersekutu dan melayani dengan moto “Umat GIDI masuk sorga” dengan tema “Penginjilan belum selesai” dan misi mengagungkan Yesus Kristus melalui penginjilan dan permuritan.
Umat GIDI juga patut berterimakasih kepada pelaku sejarah iman, tokoh-tokoh rohani yang berdiri besama saya hari ini, para misionaris yang datang ke negeri ini, menjamu di negeri ini dan berdiam di negeri ini sehingga hari ini kami orang Papua bisa berkarya, bisa melayani dimana-mana karena atas karyamu, atas pemberitaanmu, dan atas pengorbanannmu, kami mengucapkan terimakasih.
Kami dari badan pekerja pusat sebagai generasi penerus dengan rendah hati mengucapkan terimakasih kepada pendiri gereja, pahlawan iman, dan semua generasi dari tahun 1963 dimana waktu itu konfrensi pertama kali digelar tidak seperti konfrensi hari ini dengan berbagai perlengkapan yang luar biasa. Konfrensi pertama 12 Februari 1963 hanya menggunakan busana koteka dan telanjang, tetapi kali ini kita berkarya untuk hasil dari tangan mereka.
Bapak ibu, para undangan yang kami kasihi dalam Yesus Kristus, kami percaya bahwa dasar landasan iman yang diletakan oleh tokoh akan terus kokoh dan kami akan membangun dan meneruskan Kerajaan Allah di negeri ini. Walaupun anak-anak dan cucu kami menghadapi banyak tantangan, seperti di tahun 2000 hingga 2018 kami menghadapi tantangan reformasi dan politik Papua dimana-mana. Kami dipenjarakan, kami diinjak dimana-mana. Pada tahun 2005 hingga 2010 perkembangan penyakit HIV dan AIDS meningkat tajam, perceraian terjadi dimana-mana. Tahun 2010 hingga 2015 terjadi gesekan sukuisme yang menimbulkan perang suku dimana-mana, perang kelompok dimana-mana, juga perang ras dimana-mana. Tahun 2015 hingga 2020 nanti terus kami memprediksi akan terjadi gesekan beralaskan agama dan radikalisme seperti contoh yang pernah terjadi di wilayah Tolikara.
Tetapi kami sebagai generasi penerus tidak takut karena kami tahu bahwa gereja ini Tuhan yang mendirikan, gereja ini Tuhan yang menjaga dan Tuhan juga yang memelihara untuk melanjutkan pekerjaan ini. Oleh karena itu saya ingin mengajak seluruh umat GIDI dalam kesempatan dalam konfrensi yang ke 19 ini mempersiapkan diri menghadapi tantangan, peluang dan harapan yang kita hadapi kedepan.
Berdasarkan pengalaman lalu pasti kita akan merenungkan dan merumuskan dengan bijaksana pedoman yang jelas maka umat GIDI harus bangkit untuk memajukan injil, maju bersama Tuhan Yesus Kristus karena di dalam penginjilan hari ini kami ingin supaya gereja ini menjadi berkat kepada bangsa-bang yang lain. Oleh karena itu gereja GIDI mempunyai beban untuk pulau Kalimantan, Sulawesi, Jawa, Ambon, dan pulau-pulau yang lain. Kami juga mempunyai beban untuk Afrika Selatan, suku Aborijin di Australia, Papua Nugini, Paskistan, Belanda, Nigeria, Uganda, dan daerah-daerah lain. Tuhan mengutus kita untuk pergi sebagaimana dalam Kisah Para Rasul pasa 1 ayat 8.
Jangan menghalangi gereja untuk jalankan visi Tuhan, jangan menghambat gereja untuk keadilan di negeri ini. Jangan bawa gereja ke dalam arena hukum, jangan bawa ketua-ketua sinode dan hamba gereja untuk diadili atas persoalan yang menjadi tanggungjawab gereja.
Hari ini saya mau sampaikan bahwa gereja itu adalah tembok terakhir untuk mempertahankan negeri ini, menjadi tembok terakhir untuk menjaga dan melindungi integritas, kehormatan manusia di tanah ini. Kalau gereja saja dibawa ke ranah hukum, siapa lagi yang mempertahankan negeri ini?
Pertanyaannya adalah mengapa kegiatan hidup atau kehidupan umat Tuhan di tanah ini terus diadili? Karena gereja-gereja Tuhan seperti gereja KINGMI di Tanah Papua, Gereja Baptis di Tanah Papua dan Gereja GIDI terus diadili. Tiga gereja dianggap separatis, padahal kami memihak kepada orang yang lemah.
Gereja ada untuk negeri ini.
Untuk itu dalam kesempatan kali ini saya bertanya lagi, mengapa kehidupan umat Tuhan di Papua sangat menderita? GIDI sebenarnya berada di posisi siapa, membela untuk siapa dan berkorban untuk siapa? Lebih parah lagi kalau pendeta dan gembala menjadi corongnya penguasa dan penindas di tanah ini.
Sama halnya dengan jemaat GIDI yang mengambil tugas imamat digereja ini namun bersikap sebagai corong penguasa. Karena gereja kita tidak mengajarkan teologi negara tetapi gereja GIDI mengajarkan teologi agung. Gereja ini ada untuk membebaskan umat, ada untuk mereka yang sakit, ada untuk mereka yang hilang harapan, ada untuk memberikan sukacita, damai sejahtera supaya mereka penuh harapan untuk masa depan.
Gereja memiliki kebenaran yang mutlak dan hakiki.
Gereja sebenarnya ada untuk mereka yang lemah, dan tertindas.
Jika gereja bermitra dengan pemerintah, maka dosa yang dibuat pemerintah adalah dosa yang ditanggung gereja juga. Pada saat itulah, Allah menyatakan kasih dan kuasanya bahwa yang lemah dikuatkan. Mereka yang miskin diperkaya, mereka yang hina diubahkan oleh injil. Itulah tujuan kehadiran gereja GIDI di tanah Papua.
Tugas gereja adalah menyelamatkan manusia, menyelamatkan generasi ke generasi. Dan bukti bahwa Tuhan memberkati gereja ini, banyak kader yang memimpin hingga menumpang, Baik mereka yang sebagai gubernur dan anggota DPR di Provinsi Papua, Pusat hingga kepala kampung, bupati, kepala-kepala dinas. Penginjilan gereja GIDI sudah terbukti. Gereja ini sudah memberikan persembahan yang baik,
Untuk itu jangan ragukan akan gereja ini. Kami punya kader-kader terbaik sudah kami persembahkan dan mereka sudah bekerja dengan baik sehingga hasilnya sudah bisa kita lihat.
Pemilihan presiden dan wakil presiden dan seterusnya yang kita lakukan dalam konferensi ini bukan hal yang luar biasa. Ini adalah hal biasa saja. Yang luar biasa adalah Tuhan Yesus Kristus. Dia yang mendirikan gereja ini, dia yang membuat gereja ini dan dia juga yang mengakhiri gereja ini. Jadi bukan presiden atau wakil presiden GIDI yang luar biasa. Suatu era pemilihan dan era kebangkitan dan era perubahan manusia di tanah ini.
Kepada warga negara injil sepanjang masa, dari waktu ke waktu gereja injili bertumbuh, berkembang dan didasari oleh semangat injil. Atas dasar inilah telah lahir gereja pribumi, independen, otonomi, demokratis dengan sistem pemerintahan gereja yang kongkrit dan berdamai dalam sebuah keputusan tertinggi diproklamasikan oleh pendiri gereja pribumi pada 12 februari 1963 adalah : kami ingin berdiri sendiri. Karena itu generasi muda harus pelihara keputusan ini sesuai dengan tema hari ini adalah “penginjilan belum selesai”. Saya sebagai perwakilan generasi masa depan, dan mewakili orang-orang tua pendiri yang berdiri bersama-sama saya disini bahwa gereja GIDI adalah satu raja, satu Tuhan, satu iman, satu kasih, satu pengharapan, satu GIDI, satu keluarga di dalam Yesus Kristus.
Bokondini, 27 November 2018