Papua No. 1 News Portal | Jubi
Canberra, Jubi – Pemerintah Papua Nugini dan Australia sepakat akan menetapkan jadwal, untuk menutup pusat pemrosesan pengungsi lepas pantai di Pulau Manus, PNG.
Sekitar 450 pengungsi dan pencari suaka masih berada di PNG, tempat di mana mereka telah ditahan selama enam tahun tanpa kepastian dan batas waktu.
Dalam konferensi pers bersama Senin kemarin (22/7/2019) di Canberra, Perdana Menteri PNG, James Marape, berkata jadwal bersama akan disusun.
“Saya sudah menjelaskan dengan tegas kepada Menteri Dutton sebelumnya, bahwa kita perlu menetapkan jadwal dan agenda untuk menutup seluruh pemrosesan pencari suaka,” tutur PM Marape.
“Kita akan memastikan bahwa kita memiliki jadwal dan program penutupan bersama yang baik bagi kita semua, tetapi yang lebih penting lagi, baik bagi mereka yang telah menjadi bagian dari kita di Manus, dan sudah berada di PNG untuk beberapa waktu,” katanya.
Dalam konferensi pers yang sama, PM Australia, Scott Morrison, membantah ada satu pusat penahanan pengungsi dan pencari suaka di Pulau Manus, meskipun ada tiga kompleks tempat tinggal mereka yang tidak dapat ditinggalkan saat malam hari.
“Pusat penahanan imigrasi di Pulau Manus itu tutup, dan sudah ditutup untuk beberapa waktu. Tidak ada pusat penahanan di Pulau Manus,” tegas Morrison.
“Fasilitas dan akomodasi di Lorengau Timur yang sekarang menampung – ada sekitar 300 orang saat ini di Pulau Manus yang merupakan pengungsi, dan itu sudah turun dari sekitar 1.353 orang ketika Partai Buruh berkuasa,” katanya.
Marape juga sepakat bahwa pengungsi dan pencari suaka di pulau itu tidak lagi ditahan.
“Tidak ada lagi penahanan. Mereka hidup dengan bebas di Manus, beberapa juga telah pindah ke Port Moresby karena alasan kesehatan dan alasan lainnya, mereka bisa bergerak dengan bebas,” jelasnya.
Kelompok pengungsi yang saat ini ditahan di Manus bereaksi dengan gusar akibat konferensi pers itu, melalui media sosial. Pencari suaka asal Sri Lanka, Shaminda Kanapathi, menyebut larangan keluar dari pukul 6 sore sampai 6 pagi yang berlaku bagi mereka, sebagai bukti bahwa mereka masih ditahan di Manus. Penulis terkenal, Behrouz Boochani, menuduh PM Morrison berbohong.
Senator Partai Hijau Australia, Nick McKim, yang pekan lalu ditolak dari kompleks pengungsi Lorengau Timur di Manus, juga menulis twit melawan penjelasan Morrison. (RNZI)
Editor: Kristianto Galuwo