Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – Setelan jas hitam dipadukan dengan dasi merah membuat pria 65 tahun itu tampak muda. Matanya tak berpaling sedikit pun saat tangan kirinya diletakkan di atas Alkitab. Dua jari tangan kanan diangkat.
Ia diapit Pendeta Baransano, Direktur Papua Research and Development Center PLI Dr. Willem Burung, dan Sekretaris Yayasan Maga Edukasi Papua Hengky Seo. Pria kelahiran Biak itu tampak cermat mengikuti kalimat demi kalimat yang diucapkan Ketua Yayasan Maga Edukasi Papua Yoob Ginia, SH.
Puluhan orang yang hadir menyaksikan Dr. Izak Morin dilantik ketua yayasan sebagai Rektor Universitas Internasional Papua di Ballroom Hotel Front One Budget Abepura, Selasa 15 Maret 2022. Ia rektor pertama yang akan memimpin Universitas Internasional Papua untuk masa jabatan 2022-2026.
Usai dilantik Morin mengatakan akan fokus untuk mengembangkan Tri Dharma Perguruan Tinggi secara global. Ia menyampaikan pengembangan Tri Dharma Perguruan Tinggi nantinya akan dikombinasikan dengan budaya lokal Papua.
“Jadi terjadi kombinasi antara global dan lokal, maka kualitas universitas ini akan sama dengan universitas-universitas yang sudah lebih dulu lahir,” katanya.
BACA JUGA: Mengenang peneliti dan akademisi, Sam Renyaan
Membangun kampus sebesar Universitas Internasional Papua (UIP), kata Morin, tidak bisa berjalan sendiri. Tapi membutuhkan kerja sama tim sehingga bisa berhasil.
“Apa pun yang kami lakukan, kami selalu bekerja sama dari pihak yayasan dan dengan teman-teman dosen,” ujar pria kelahiran Wundi Biak pada 8 Oktober 1959 tersebut.
Berlatar pendidikan keguruan
Morin memiliki pendidikan yang berlatar belakang keguruan. Strata satu ia selesaikan pada Program Studi Bahasa Inggris, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Cenderawasih (Uncen) pada 1986.
Ia kemudian mengikuti Program Graduate Diploma in TEFL at Department of Linguistics, Faculty of Arts, Sydney University (Diploma on Teaching English as a Foreign Language (TEFL), Jurusan Linguistik, Fakultas Seni, Universitas Sydney), 1988.
Lalu melanjutkan di universitas yang sama untuk Program Master of Arts (MA) in TESOL at Department of Linguistics, Faculty of Arts, Sydney University (Master of Arts on Teaching English as a Second Language – TESOL Jurusan Linguistik, Fakultas Seni, Universitas Sydney)pada 1990.
Strata Tiga (S3) ia tuntaskan di Department of Languages and Linguistics, School of Humanties and Social Sciences, College of Arts, Social Science and Commerce, La Trobe University, Melbourne, Victoria-Australia pada 2018.
Pengalaman mengajar
Pada 1987 hingga 2021 Morin bekerja sebagai dosen pada Program Studi Bahasa Inggris, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, FKIP Uncen. Ia mengajar ‘Translating and Interpreting’, ‘Cross Cultural Understanding (CCU),” “English for Special Purposes (ESP),” “Sociolinguistics and Ethnolinguistics,” dan “Bilingualism and Language Instruction.”
Dua tahun pada 2019-2021 ia mengajar Bahasa Inggris pada Program Studi PG PAUD, FKIP dan pada Program Studi Administrasi Publik (FISIP), dan Program Studi Antropologi Sosial (FISIP).
Rentang waktu 1990-2013 ia mengajar Mata Kuliah Umum Bahasa Inggris di beberapa Fakultas di Universitas Cenderawasih, yakni Fakultas Hukum, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM), dan Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi (Penjaskesrek) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP).
Karier profesional
Di Papua Language Institute ia menjabat Deputy Academic Manager (Humanity and Social Studies). Fokus kerjanya merancang, menyusun, dan mengimplementasikan program-program pengajaran Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, Bahasa Rusia, Tok Pisin, dan program-program berbasis budaya, seperti Etnografi Papua, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan bahasa dan sosial.
Di Universitas Cenderawasih jabatan yang pernah ia emban adalah ketua Program Studi Bahasa Inggris (1993-1996), ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni (1997-2000), anggota Senat Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (1993-2000), dan ketua Tim Monitoring dan Evaluasi Due-like Project Batch III Universitas Cenderawasih (2003-2004).
Selanjutnya sebagai penerjemah dan juru bahasa (interpreter) paruh waktu pada pertemuan-pertemuan Border Liason Meeting (BLM) antara Indonesia dan Papua New Guinea (2000-2007), penerjemah dan juru bahasa (interpreter) paruh waktu di BP LNG Tangguh Papua (2004-2006), dan instruktur Bahasa Indonesia pada Kursus Bahasa Indonesia yang dilaksanakan di Vanimo pada 10 Februari – 10 April 2014 untuk pejabat pemerintah, swasta, dan jurnalis di Provinsi Sandaun, PNG.
General Director PLI Korinus Waimbo, M.Sc mengatakan pada dua tahu awal ini UIP mengurus akreditasi. “Target UIP paling tidak harus berakreditasi B,” katanya.
Tantangan yang saat ini dihadapi, kata Waimbo adalah sarana-prasarana perkuliahan. Sehingga untuk satu tahun ini mahasiswa akan belajar menggunakan fasilitas di Universitas Cenderawasih sambil menunggu proses pembangunan kampus UIP.
“Bulan depan kami sudah mulai terima mahasiswa, minimal kuliah di bulan Agustus. Waktu itu sangat singkat, jadi kami bekerja sama dengan Uncen dalam sisi pemanfaatan fasilitas laboratorium dan lain-lain,” katanya.
Dekan Fakultas Teknik Universitas Cenderawasih Dr. Ir. Jhon Jonatan Numberi, ST., M.Eng mengatakan akan ikut memberikan dukungan tenaga-tenaga dosen untuk mengajar di UIP. Selain itu dukungan fasilitas laboratorium untuk bisa digunakan belajar. (*)
Editor: Syofiardi