Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – Beberapa tahun silam di Liga Super Indonesia masih bercokol beberapa klub Liga 1 dari tanah Papua. Sebut saja Persiram Raja Ampat, Persiwa Wamena dan terakhir Perseru Serui yang dijual ke pengusaha Lampung.
Bahkan tim berjuluk Badai Pegunungan Tengah Persiwa Wamena lolos masuk ke Piala AFC Cup 2010, walau gugur di babak penyisihan.
Kini dari Bumi Cenderawasih yang tercatat di PSSI.org hanya klub Mutiara Hitam Persipura di Liga 1 sedangkan dua klub lainnya dari wilayah adat Saireri, Persewar Waropen dan PSBS Biak. Tim berjuluk Mutiara Bakau dari Waropen dan tim Napi Bongkar Biak sama-sama berada di wilayah Timur Liga 2.
Sedangkan tim berjuluk Mutiara Hitam Persipura mewakili wajah sepak bola Papua di Liga 1.
Ironinya semua klub ini berasal dari Provinsi Papua, sedangkan Persiram Papua Barat sudah merger dengan PS TNI dan Persikam Kaimana yang dulu di Liga 2 turun kasta.
Padahal saat ini di Provinsi Papua memiliki Stadion bertaraf Internasional Papua Bangkit dan Stadion Mandala, selain Stadion Katapal di Merauke. Mestinya dengan memiliki stadion berkualitas internasional minimal melahirkan banyak klub dan pemain.
Mengapa klub-klub Liga 1 Perseru, Persiwa dan Persiram harus hengkang dan hilang dari bumi Papua? Agaknya masalah sponsor dan pendanaan menjadi masalah klasik dalam sepak bola di Indonesia lebih khusus Papua.
Bayangkan dalam akun medsos facebook milik Perseru Serui, selama menjalani rangkaian kompetisi di Liga Indonesia (LSI) musim 2015, tim berjuluk Cenderawasih Jingga membutuhkan dana sebesar Rp 12 milyar.
Manajer Perseru Serui, Ayorbaba mengakui, sebagai salah satu klub pendatang baru yang berlaga di LSI, Perseru memang tidak mudah memperoleh sponsor.
Sempat bertahan di Liga 1 hingga akhirnya Perseru Serui harus dilepas pengusaha asal Lampung, “Lampung United akan berlaga di Liga 1 2019 setelah membeli saham lisensi Perseru Serui yang telah diakusisi oleh pengusaha asal Lampung,” tulis laman instagram Lampung United.Sayangnya Perseru Badak Lampung akhirnya terdegradasi dari Liga 1 ke Liga 2 musim 2019.
Derby Papua hilang
Dua lagi klub Liga 1 Papua yang hilang dari tanah Papua, klub berjuluk Badai Pegunungan Tengah klub ini merger dengan klub Cirebon bernama Bina Putra FC.
Padahal klub berjuluk Badai Pegunungan Tengah ini selalu meramaikan Stadion Mandala saat derby Papua antara Persipura melawan Persiwa. Pertandingan adu taktik antara dua klub asal Papua menarik, karena bagi klub berjuluk Badai Pegunungan Tengah dengan Persipura laga derby menarik. Pasalnya bagi Persiwa tim berjuluk Mutiara Hitam boleh juara tapi jangan pernah mengalahkan Badai Pegunungan Tengah.
Prestasi gemilang yang pernah dicapai tim berjuluk Badai Pegunungan Tengah Persirwa ini meraih prestasi runner up Indonesia Super League (ISL) musim 2008-2009.
Persiwa pernah pula mewakili Indonesia di AFC Cup 2010, dengan memiliki para pemain seperti Pieter Rumaropen, Erick Weeks Lewis, dan Boakay Eddie Foday serta Ricardo Salampessy yang mengantarkan Persiwa juara Divisi I hingga lolos ke Divisi Utama.
Nasib nahas lain juga dialami Persiram Raja Ampat, klub dari kepulauan Raja Ampat Provinsi Papua Barat harus merger menjadi PS TNI, yang berganti nama lagi PS Tira di Go-Jek Liga 1 2018.
Sulit Sponsor
Masalah finansial klub pernah pula dialami tim berjuluk Mutiara Hitam, jelang kompetisi Liga1 musim 2018 Persipura menjadi klub paling belakang menyiapkan tim. Pasalnya mengalami kesulitan mendapat sponsor dalam dua musim terakhir.
“Bersyukur, Persipura sudah memastikan dua sponsor; Freeport dan Bank Papua dengan total pemasukan Rp17 miliar,”kata Ketua Umum Persipura Benhur Tomi Mano saat itu sebagaimana dilansir CNN Indonesia.
Namun, jumlah itu belum cukup untuk Persipura bisa mengarungi dua kompetisi resmi sepak bola Indonesia di sepanjang 2018; Liga 1 dan Piala Indonesia. Benhur menyebutkan, setidaknya butuh Rp30-35 miliar untuk mengikuti dua kompetisi tersebut.
“Kami memang agak sulit untuk mencari sponsor lain yang bisa mendukung Persipura. Kami juga sudah mencoba mendekati sponsor lain di Pulau Jawa tapi tidak dapat,” kata Tommy Mano melalui sambungan telepon kepada CNN Indonesia.com kala itu
Musim 2020 Liga1 tim berjuluk Mutiara Hitam masih mendapat sponsor dana dari PT Freeport Indonesia, Bank Papua dan sponsor baru Kuku Bima.
PTFI akan mengucurkan dana sponsor sebanyak Rp7,5 miliar per tahun. Jadi, total ada Rp15 miliar yang akan diberikan ke Persipura.
Selain dari PTFI, Persipura juga mendapat sokongan dana dari PT Bank Papua. Seperti PTFI, Bank Papua juga memperpanjang kerja sama dengan Persipura untuk dua tahun.
Jumlah dana yang dikucurkan Bank Papua lebih besar dari PTFI, yakni Rp10 miliar per tahun. Total, ada Rp20 miliar dana dari Bank Papua yang akan diberikan ke Persipura. Dengan rincian itu, dalam setahun Persipura akan mendapat total pasokan dana Rp17,5 miliar.
Subsidi Liga
Klub-klub Liga 2020 sebelum laga dimulai, PT LIB dengan pihak klub sepakat bahwa besar subsidi satu musim adalah senilai Rp 5,2 miliar setiap tim. Sementara untuk Liga 2 musim 2020, setiap tim memperoleh subsidi senilai Rp1,15 miliar.
Namun Liga1 musim 2020 sendiri belum berlanjut sejak ditunda pada 16 Maret 2020 akibat Pandemi Covid 19.
Klub berjuluk Mutiara Hitam memilih menyumbangkan dana subsidi tahap kedua dari PT Liga Indonesia Baru (PT LIB) untuk penanganan Covid-19 di Tanah Air.
“Persipura Jayapura tidak akan mengambil subsidi tahap kedua dari LIB. Saya sudah perintahkan manajer untuk kirim surat ke LIB, minta agar subsidi tahap kedua milik Persipura Jayapura ditransfer langsung ke Tim Gugus Tugas COVID-19 Nasional,” ujar Ketua Umum Persipura Benhur Tomi Mano dalam keterangan tertulisnya sebagaimana dilansir tempo.co Rabu (27/5/2020).
Dalam kesepakatan awal, nilai subsidi pada tiap tahapnya sebesar Rp 520 juta selama 10 bulan. Namun karena sektor sepak bola juga terdampak, rencananya PT LIB akan memotongnya hingga Rp 350 juta.
Akan tetapi, rencana pemotongan itu mendapat penolakan dari PSSI. Mereka meminta operator liga tidak memotong jumlah cicilan subsidi klub-klub Liga 1 dan 2 Indonesia musim 2020. (*)
Editor: Jean Bisay