Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – Sejak penularan virus corona jenis baru (COVID-19) masuk Papua, manajemen Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Jayapura bergerak cepat membentuk tim medis dan menyiapkan ruang isolasi.
Direktur rumah sakit itu, drg Aloysius Giyai, secepatnya meminta bawahannya menyiapkan beberapa ruangan untuk tempat isolasi khusus pasien COVID-19. Tim medis penanganan pasien positif virus corona juga dibentuk.
Alat pelindung diri (APD) untuk perawat yang menangani pasien corona disediakan dalam jumlah banyak, karena hanya bisa digunakan selama delapan jam. Pihak rumah sakit menyiapkan sebagian ruang isolasi menjadi ruang ganti APD.
Pasalnya, setelah bergantian jam jaga, petugas harus membuka APD di ruang khusus yang disediakan dan dimusnahkan dengan cara dibakar di tempat yang sudah disiapkan.
Kamar mandi beserta sabun, sampo, beserta kelengkapan mandi lainnya, juga disiapkan untuk petugas yang merawat pasien corona.
Setelah bertugas, petugas langsung mandi sebelum pulang ke asrama, tempat tinggal sementara untuk merawat pasien corona.
Sejak virus corona ini masuk Papua, awal Maret lalu, belasan pasien positif virus itu dirujuk ke RSUD Jayapura.
“Sejak awal, semua pasien corona yang masuk ke RSUD Jayapura, kondisinya stabil tanpa memakai alat bantuan pernapasan, yakni oksigen. Kondisinya tidak separah pasien di rumah sakit lain,” kata Shinta Aprilia Awaludin, salah satu perawat yang ditunjuk untuk merawat pasien virus corona.
Penanganan pasien
Proses penanganan pasien positif COVID-19 kurang lebih sama dengan pasien biasa/pasien yang bukan menderita corona, prosedurnya sama, tidak beda. Tindakan perawatannya juga sama, kecuali kalau ada instruksi khusus dari dokter.
Hanya saja, pasien positif COVID-19 ini psikisnya terganggu, sehingga membutuhkan pelayanan ekstra.
Shinta dan teman-teman sejawatnya harus lebih dekat dengan pasien. Tak hanya pengobatan, mereka juga harus memberi motivasi kepada pasien untuk sembuh.
“Karena kita selalu kasih motivasi, semangat, setiap kontak langsung. Kemudian melalui telepon. Kita kontak dengan mereka saat kita memberikan mereka terapi, dan memberikan makan, selalu dampingi akhirnya mereka semangat dan berjuang untuk sembuh,” kata Shinta yang memulai karirnya sebagai perawat di RSUD Jayapura sejak 2008.
Perawat tak bisa lama kontak langsung dengan pasien di ruang isolasi karena virus itu cepat berpindah ke media apa saja.
Akhirnya, pihak rumah sakit berupaya menyediakan telepon pintar untuk perawat yang bertugas agar rutin bercerita dengan pasien.
Setelah perawat di ruang jaga, tugas selanjutnya adalah menelepon pasien corona untuk bercerita dan tukar pikiran. Komunikasi via telepon dengan pasien untuk menanyakan keluhan pasien, riwayat penyakitnya, lalu mengingatkan sudah minum obat atau belum.
Setelah itu memberikan motivasi kepada pasien. Pasien corona yang dirawat selalu diingatkan untuk makan dan minum.
“Kita pakai handphone (telepon seluler) yang disiapkan oleh rumah sakit untuk telepon ke pasien-pasien. Komunikasi dengan pasien itu mungkin hanya berapa menit saja, tidak lama di ruang isolasi, jadi rutin komunikasi lewat handphone,” ujar dia.
Setelah komunikasi, perawat harus memantau pergerakan pasien di ruang isolasi melalui sarana CCTV yang disediakan manajemen rumah sakit.
“Kalau kita sudah di ruang perawatan, biasa kita kontak dengan mereka melalui telepon dan juga memantau mereka melalui CCTV,” katanya.
Makanan pasien corona hampir sama dengan makanan pasien lain atau pasien bukan terkena corona, tetapi tinggi protein dan vitamin.
Kebanyakan vitamin yang diberikan untuk menjaga daya tahan tubuh. Beragam jenis vitamin yang diberikan, seperti vitamin C, vitamin E, vitamin B kompleks, dan vitamin D, kemudian obat klorokuin dan obat antivirus.
Pasien sembuh
Berkat perjuangan Shinta bersama rekan-rekannya, tujuh pasien positif COVID-19 yang dirawat di RSUD Jayapura, dinyatakan sembuh dan boleh pulang pada Senin (20/4/2020).
Sebanyak tujuh pasien itu, waktu perawatannya bervariasi, ada yang baru enam hari masuk rumah sakit, ada yang satu bulan lebih, dan ada juga yang hanya 14 hari.
Mei Ernawati Zega (21), salah satu pasien corona yang sembuh, memuji kerja keras paramedis di RSUD Jayapura, sehingga ia dan teman-temannya bisa pulih dari cengkeraman virus corona.
Ia memberikan motivasi kepada pasien lain yang masih terpapar corona di rumah sakit lain agar tetap bersandar kepada Tuhan.
“Ini sebuah anugerah yang diberikan Tuhan kepada kami. Semoga pasien yang lain bisa sembuh seperti kami. Pesan saya kepada para pasien yang sampai saat ini masih dirawat, jangan stres, lakukan hal-hal yang bisa membuat kita senang, jangan panik, karena petugas kesehatan selalu ada untuk kita,” ujarnya.
Bagi pasien yang masih dirawat, tetap kuat dan tabah menjalani pemeriksaan serta langkah demi langkah pengobatan yang diberikan oleh tim medis dan dokter.
Selama berada di ruang isolasi, Mei dan teman-temannya tetap bersemangat meskipun protokol kesehatan pelayanan pasien COVID-19 memaksa mereka untuk dirawat di ruang khusus.
“Itu dibuktikan dengan kehidupan mereka selama dua minggu di rumah sakit, selalu hidup sehat. Semua anjuran yang diberikan, selalu dilakukan dengan senang hati. Paramedis selalu berusaha untuk mempertahankan imunitas tubuh pasien tetap stabil. Jangan sampai drop, karena kalau drop, akan membahayakannya,” kata dr. Victor Manuputu, dokter spesialis penyakit paru selaku penanggung jawab.
Sebenarnya, 11 pasien positif corona yang dirawat di RSUD Jayapura, sembuh. Sebelum tujuh pasien itu dipulangkan, tiga pasien dinyatakan sembuh dan dipulangkan terlebih dahulu.
“Saya memberikan apresiasi kepada tim medis dan perawat yang merawat mereka. Sungguh nyata mereka kerja 24 jam di ruang isolasi, membangun komunikasi yang baik, instruksi saya sebagai pimpinan mereka menjalaninya dengan sungguh-sungguh,” ujar Aloysius Giyai.
Paramedis melayani dengan hati, membangun komunikasi yang baik dengan pasien, sehingga 11 pasien positif corona dinyatakan sembuh dan boleh pulang. Kesembuhan ini juga dari pasien itu sendiri karena semangat.
Aloysius meminta masyarakat menghindari kata-kata “sandera” bagi pasien COVID-19, apalagi stigma menakutkan bagi mereka. Sebab, semua itu justru memperparah keadaan mereka dan bukan membantu memulihkan.
Selain obat, tindakan komunikasi, motivasi dan dorongan adalah obat mujarab yang mempercepat penyembuhan pasien corona. (*)
Editor: Dewi Wulandari