Mahasiswa yang merantau di luar Papua akan kembali membangun daerah asal setelah selesai kuliah.
Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – Kapolda Papua Irjen Paulus Waterpauw, menerima empat orang perwakilan mahasiswa dan pelajar eksodus di Mapolres Mimika, Kamis, (20/2/2020) kemarin. Para mahasiswa menyampaikan keinginannya kembali melanjutkan pendidikan di kota studi masing-masing.
Saat pertemuan itu, Kapolda Papua memberikan arahan dan nasehat kepada keempat perwakilan mahasiswa dan pelajar eksodus yang saat ini masih berada di Timika.
“Jangan terpengaruh dengan pihak-pihak yang sengaja atau mengajak mahasiswa untuk tetap bertahan sehingga nantinya menjadi korban dan akan tertinggal karena tidak memiliki pendidikan,” kata Waterpauw.
Baca juga : Pangdam dan Kapolda Papua jamin keamanan PON XX Papua
Kapolda Papua: Ada tujuh kabupaten belum tandatangani NPHD pengamanan
Kapolda Papua instruksikan penyelesaian kasus dugaan korupsi
Waterpauw menyebut mahasiswa yang merantau di luar Papua akan kembali membangun daerah asal setelah selesai kuliah. Kapolda menyarankan agar tidak larut dalam emosi dan lebih baik kembali kuliah untuk menata kehidupan yang lebih baik melalui pendidikan.
“Sejumlah orang Papua asli yang saat ini telah sukses karena dilatarbelakangi dengan pendidikan yang baik dan harus menjadikan kesuksesan itu sebagai contoh yang baik,” kata Waterpauw menambahkan.
Menurut dia, Polri dan terutama Guburnur Provinsi Papua Lukas Enembe telah menggelontor dana tahap pertama sebanyak Rp1,5 milia untuk mengambil langkah-langkah pengembalian mahasiswa eksodus ke kota studi masing-masing
“Dengan tujuan membantu adik-adik mahasiswa kembali ke kota studinya namum orang yang kita percayakan untuk menangani hal tersebut juga diduga menyalahgunakan dana sehingga perlu diproses hukum. Sebenarnya kalau dimanfaatkan dengan baik maka akan keluar tahap dua dan tahap tiga,” kata Waterpauw menjelaskan.
Ia juga setuju dengan permintaan mahasiswa yng menyarankan membangun universitas yang berkualitas di Timika. Ide membangun kampus di Timika menjadi alasan agar proses belajar pemuda daerah tak perlu jauh ke luar Papua.
“Saya sangat setuju agar tidak perlu jauh-jauh keluar dan justru kita yang datangkan tenaga-tenaga dosen yang berkualitas ke sini,” katanya.
Salah satu perwakilan mahasiswa eksodus, Raymon Nerigi mengatakan selama berada di Timika, sejak Agustus 2019 jumlah mahasiswa eksodus sekitar 900 orang. Mereka belum pernah dilihat oleh pemerintah setempat.
“Sehingga kami bingung mau buat apa. Selama kami ada di Timika sudah tiga kali lakukan aksi untuk menyampaikan aspirasi, bahkan nyaris bentrok dengan bapak-bapak Polisi,” kata Nerigi.
Ia ingin mendengarkan langkah-langkah apa yang akan diambil oleh pemerintah terhadap nasib mereka. “Karena bapak Wakil Bupati sendiri yang memimpin Tim Sosialisasi ke seluruh universitas di seluruh Indonesia dan kami belum perna diberitahu tindak lanjutnya seperti apa,” kata Nerigi menambahkan. (*)
Editor : Edi Faisol