Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jakarta, Jubi – Sebuah penelitian yang diposting di bioRxiv belum dikaji oleh peneliti lain atau peer review-pada 7 Juni 2021, menunjukkan virus varian B.1.1.7 atau disebut varian virus Alpha memiliki trik yang terkait dengan mutasi di luar protein spike. Mutasi ini mungkin berarti bahwa dalam beberapa jam setelah menginfeksi seseorang, Alpha menekan pertahanan respons cepat yang dipasang tubuh terhadap semua penyerang.
Dengan memblokir ‘respon imun bawaan’ ini, virus membeli lebih banyak peluang untuk menginfeksi. “Ini membantu Alpha mengatasi atau bersembunyi dari kekebalan bawaan, dan kami pikir itu penting untuk penularan”, kata Clare Jolly, ahli virologi di University College London, yang ikut memimpin penelitian itu.
Baca juga : Covid-19 varian baru masuk Filipina
Negara ini hentikan vaksin AstraZeneca, penyebabnya tak mempan lawan virus mutasi
Virus Covid-19 jenis baru ditemukan di Amazon
Dalam artikel Nature, (9/6/2021) , Jolly dan rekan-rekannya meneliti bagaimana sel-sel dari saluran pernapasan manusia menghasilkan interferon, protein kekebalan yang memulai pertahanan tubuh pada kedatangan patogen. Tim menemukan bahwa sel yang terinfeksi Alpha menghasilkan interferon jauh lebih sedikit daripada sel yang terinfeksi varian SARS-CoV-2 yang beredar sebelumnya.
“Penekanan produksi interferon Alpha membantu varian ini bertahan lebih lama di dalam tubuh,” tulis penelitian itu.
Sel yang terinfeksi varian Alpha juga memiliki tingkat RNA virus yang jauh lebih tinggi yang mengkode protein Orf9b, dan Orf9b itu sendiri. Para peneliti menemukan bahwa Orf9b meredam pertahanan tubuh dengan mencampuri protein inang yang biasanya mengaktifkan produksi interferon dan gen lain yang penting untuk respon imun bawaan.
Temuan oleh Jolly dkk menguatkan hasil penelitian sebelumnya yang diunggah di bioRxiv pada 4 Maret 2021 oleh Silvana Gaudiera, seorang ahli imunogenetik di University of Western Australia di Perth, dan rekan-rekannya. Gaudiera dan timnya menganalisis sampel virus dari orang yang terinfeksi Alpha dan menemukan tingkat ekspresi RNA yang jauh lebih tinggi—mungkin mewakili produksi Orf9b—daripada pada orang yang terinfeksi varian sebelumnya.
Dalam studi oleh Jolly dan tim mengaitkan ekspresi berlebih ini dengan mutasi di luar protein spike, pada gen yang penting untuk replikasi virus. “Studi ini menyoroti pentingnya melihat melampaui protein spike untuk mutasi baru,” kata Gaudiera, sambil menambahkan bahwa temuan ini juga belum ditinjau oleh rekan sejawat.
Nevan Krogan, ahli genetika di University of California, San Francisco, AS, yang ikut dalam penelitian itu, mengatakan tim sekarang memperluas analisis mereka ke varian virus Covid-19 lain yang menjadi perhatian. “Virus ini sangat licik. Trik apa lagi yang akan dimilikinya?” katanya. (*)
Editor : Edi Faisol