Papua No.1 News Portal | Jubi
Londo, Jubi – Amerika Serikat dan Inggris akan berusaha menghentikan akses perusahaan-perusahaan Rusia ke dolar AS dan paun Inggris jika Kremlin memerintahkan invasi ke Ukraina.
Hal itu disampaikan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson kepada BBC yang mengatakan jika invasi terjadi, sanksi terhadap Rusia akan jauh lebih berat daripada yang selama ini diketahui oleh publik.
Inggris dan AS, kata Johnson, akan menghentikan perusahaan-perusahaan Rusia melakukan “transaksi dalam paun dan dolar”.
Baca juga : Agresi Rusia ke Ukraina Inggris siapkan bantuan militer dan ekonomi
Rusia dicurigai bentuk pemerintah boneka di ukraina ini sikap Inggris
Iggris pertimbangkan kerahkan pasukan terkait konflik Rusia-Ukraina
Langkah itu dinilai Johnson akan “menghantam sangat sangat keras” dengan dampak yang ditimbulkannya, menurut laporan BBC.
Invasi Rusia ke Ukraina akan menjadi perang terbesar di Eropa sejak 1945, kata Johnson menegaskan.
Sedangkan Prancis pada Sabtu (19/2/2022) mendesak seluruh warga negaranya yang berada di Ukraina untuk kepentingan nonesensial agar segera meninggalkan negara itu.
Warga negara Prancis yang berada di Kharkiv, Luhansk, dan Donetsk diminta oleh Kementerian Luar Negeri Prancis untuk meninggalkan wilayah tersebut sesegera mungkin karena situasi keamanan.
“Disarankan untuk meningkatkan kewaspadaan dan tidak pergi ke daerah-daerah perbatasan di utara dan timur negara itu (Ukraina),” kata kementerian tersebut, seraya menambahkan bahwa warga Prancis juga disarankan untuk menunda semua perjalanan ke Ukraina.
Pemberitahuan itu dirilis setelah Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian berbicara via telepon pada Sabtu dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov untuk membahas situasi terkini di sepanjang perbatasan Ukraina.
Lavrov memperingatkan bahwa mengabaikan hak-hak Rusia yang sah di bidang keamanan akan mencederai stabilitas, tak hanya di benua Eropa tetapi juga dunia.
Le Drian menegaskan kembali bahwa dialog masih memungkinkan untuk dilakukan tetapi Rusia harus “memilih” untuk terlibat di dalamnya. (*)
Editor : Edi Faisol