Inggris dan Swiss teken kesepakatan dagang pasca-Brexit

Diplomasi, Papua, Ukraina
Ilustrasi diplomasi, pixabay.com
Ilustrasi diplomasi, pixabay.com

Kesepakatan tersebut merupakan satu dari langkah nyata Inggris untuk memastikan semua kesepakatan dagang yang saat ini mendapat keuntungan dari keanggotaan Uni Eropa akan terus berlanjut hingga Inggris meninggalkan blok tersebut bulan depan.

 

Read More

Papua No. 1 News Portal | Jubi

London, Jubi – Inggris dan Swiss, akan menandatangani kesepakatan untuk melanjutkan perdagangan dengan syarat prefensial pasca – Brexit. Departemen Perdaganagn Inggris, menyebutkan kesepakatan itu melindungi hubungan perdaganagn senilai 32 miliar pounds.

Peresmian kesepakatan tersebut merupakan satu dari langkah nyata Inggris untuk memastikan semua kesepakatan dagang yang saat ini mendapat keuntungan dari keanggotaan Uni Eropa akan terus berlanjut hingga Inggris meninggalkan blok tersebut bulan depan.

“Ini tidak hanya akan membantu mendukung pekerjaan di seluruh Inggris tetapi juga akan menjadi landasan yang kuat bagi kita untuk membangun hubungan dagang bahkan yang lebih kuat dengan Swiss saat kita meninggalkan Uni Eropa,” kata Menteri Perdagangan Internasional Liam Fox dalam satu pernyataan.

Kesepakatan tersebut mencerminkan strategi “mind the gap” Swiss untuk memastikan hubungan dagang yang mulus dengan Inggris, terlepas dari apakah London nantinya bisa mandek dan menyetujui perjanjian keluar resmi dengan Brussel pada 29 Maret, tanggal yang dijadwalkan untuk meninggalkan Uni Eropa.

Tercatat Inggris menemui jalan buntu dalam perundingan ulang di menit-menit terakhir kepakatan keluar yang disetujui dengan Uni Eropa tahun lalu, tetapi itu ditolak oleh parlemen Inggris pada Januari.

Kesepakatan lanjutan serupa telah diumumkan dengan Israel dan kesepakatan “pengakuan mutual” telah disetujui Australia dan Selandia Baru.

Namun Kepala Konfederasi Industri Inggris, Carolyn Fairbairn pada Minggu mengatakan “mimpi buruk yang berlangsung ” dari keluarnya Inggris berarti bahwa mitra dagang utama seperti Jepang dan Korea Selatan enggan menandatangani kesepakatan hingga mereka mengetahui bentuk pasti dari hubungan Inggris- Uni Eropa di masa mendatang. (*)

Editor : Edi Faisol

Related posts

Leave a Reply