Papua No. 1 News Portal | Jubi
Pemerintah Kota Jayapura saat ini gencar melakukan pembangunan infrastruktur, salah satunya jalan raya yang menunjang berbagai aktivitas. Tujuannya utama untuk memberikan kenyamanan dan keamanan kepada pengguna jalan raya.
Tak hanya itu, pembangunan infrastruktur juga memberi dukungan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat, khususnya yang bermukim di kampung untuk mengurangi disparitas sosial dan ekonomi.
Salah satu penjual aksesoris dan makanan di Pantai Hamadi, Yusak Hamadi, mengatakan pembangunan infrastruktur jalan membuat kendaraan yang sebelumya sulit menjadi lancar.
“Kami berterima kasih kepada Pemerintah Kota Jayapura yang sudah membuat jalan di kampung-kampung menjadi bagus, saya senang karena banyak warga yang datang, pantai jadi ramai, jualan saya juga laku,” katanya kepada Jubi di Pantai Hamadi Kota Jayapura, Sabtu, 28 September 2019.
Menurut Hamadi, jalan yang sudah bagus dan dibebaskannya retribusi masuk pantai membuat dagangannya laku dari sebelumnya.
“Saya berjualan aksesoris khas Papua, makanan, dan minuman di depan, sekarang satu hari saya bisa dapat uang paling banyak Rp500 ribu, kalau dulunya itu paling banyak hanya Rp100 ribu, kadang juga tidak laku,” tuturnya.
Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah daerah untuk menyediakan fasilitas dan layanan infrastruktur yang berkualitas, baik melalui rehabilitasi dan peningkatan kapasitas infstruktur yang rusak serta pembangunan baru.
“Saya berharap masyarakat menjaga fasilitas listrik, jalan, dan air yang sudah diberikan, bersama-sama dimanfaatkan dengan baik supaya pantai jadi ramai, pengunjung senang, dan nyaman,” tuturnya.
Tak hanya Hamadi yang merasakan manfaat dari dampak pembangunan infrastruktur jalan di Pantai Hamadi. Seorang penjual kerang, Ani Merauje, ikut senang karena sepanjang jalan di Pantai Hamadi terlihat bersih dan rapi.
“Dengan adanya jalan ini sangat bagus karena memudahkan saya punya transportasi, mau naik perahu atau speedboat atau lewat jalan di Jembatan Youtefa bisa, jadi sangat memudahkan kami warga kampung,” ujarnya.
Warga dari Kampung Enggros ini mengaku dulunya sepanjang jalan di lokasi Pantai Hamadi kotor, jalannya rusak, dan banyak orang mabuk sehingga membuat pengunjung tidak betah berlama-lama di lokasi wisata tersebut.
“Mari sama-sama jaga jalan yang sudah dibikin bagus supaya perekonomian kita terus lebih baik setiap harinya karena masyarakat kampung bisa dapat uang banyak dengan mengelola tempat wisata pantai,” katanya.
Merauje mengaku terbukanya tempat wisata sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penduduk kampung sehingga akan memberi pemasukan bagi pendapatan daerah.
“Lebih penting lagi, wirausaha dan UKM akan muncul perlahan untuk meningkatkan kegiatan ekonomi di kampung, pemerataan pembangunan merupakan sebuah langkah yang besar menuju pemerataan ekonomi,” ujarnya.
Dikatakan Merauje, dengan kemampuan ekonomi yang lebih baik, sebuah daerah dapat menghidupi dirinya sendiri sehingga kesenjangan ekonomi antara penduduk di Kota Jayapura.
“Jadi, tidak ada lagi daerah tertinggal setelah tercapainya pembangunan infrastruktur jalan ini, kini semua mendapatkan kesempatan yang sama untuk terlibat dalam proses ekonomi,” katanya.
Wali Kota Jayapura, Benhur Tomi Mano, mengatakan tempat wisata hanya boleh dikelola masyarakat adat dengan tujuan meningkatkan taraf hidup dalam pemenuhan perekonomian.
Pemerintah Kota Jayapura mendukung dengan mempersiapkan infrastruktur seperti jalan, lampu, dan fasilitas publik lainnya agar tempat wisata ramai dikunjungi warga, baik lokal maupun yang datang dari luar Kota Jayapura.
Tentunya, katanya, hal tersebut mendatangkan manfaat kepada penjual aksesori, makanan dan minuman di Pantai Hamadi maupun Pantai C’Beery yang ramai dikunjungi bukan hanya siang tapi juga malam, karena kenyamanan, ketenteraman, dan kebersihan pantai.
“Kalau ada masyarakat yang bukan masyarakat asli Port Numbay (Kota Jayapura) datang berjualan di tempat wisata, harus minta izin dulu pada pengelola wisata, apakah diperbolehkan atau tidak, kalau diizinkan maka harus ada kontribusinya,” katanya.
Menurut Tomi Mano, hal itu dilakukan agar masyarakat asli Papua, khususnya Kota Jayapura mendapatkan uang dari tempat wisata sehingga tidak berteriak kalau haknya sebagai masyarakat asli Port Numbay diambil orang lain.
Tomi Mano bertekad menata kembali tempat-tempat wisata yang tersebar di wilayah Kota Jayapura agar masyarakat asli Port Nmbay tidak menjadi penonton di tanahnya sendiri.
“Saya mau ingatkan satu hal yang paling penting, kalau sudah uang banyak dari pengelolaan tempat wisata, jangan sampai melupakan gereja, hari Minggu harus penuhi gereja dulu, baru buka tempat wisata,” ujarnya.
Tomi Mano berharap dengan penataan infrastruktur jalan dapat memperlancar lalu lintas ke kampung-kampung, terutama dalam mendukung bidang ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan.
“Perkembangan Kota Jayapura dengan kemajuan teknologi saat ini sejalan dengan peningkatan ekonomi serta kebutuhan masyarakat sehingga mendukung laju perekonomian yang berperan besar dalam kemajuan dan pembangunan suatu daerah,” katanya. (*)
Editor: Syofiardi