Inflasi Kota Jayapura bulan April diperkirakan turun

Papua No. 1 News Portal | Jubi ,

Jayapura, Jubi – Meski  bulan Maret 2018 tekanan harga barang dan jasa di Provinsi Papua mengalami peningkatan dibanding bulan sebelumnya, Provinsi Papua tercatat mengalami inflasi sebesar 1,58 persen (mtm) lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 1,01 persen (mtm). 

Sementara itu, secara tahunan inflasi Papua pada bulan Maret 2018 sebesar 3,16 persen (yoy) lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang sebesar 2,62 persen (yoy) dan lebih rendah dari inflasi rata-rata dua tahun terakhir yang sebesar 3,53 persen (yoy).

Mencermati perkembangan informasi terkini dan beberapa indikator harga pada bulan April 2018 inflasi diperkirakan lebih rendah dari bulan Maret 2018. 

Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua, Fauzan, mengungkapkan beberapa faktor yang berpotensi memicu inflasi di bulan April 2018 mendatang.

“Penyesuaian tarif bahan bakar minyak, rencana peningkatan harga pokok produksi gula petani, dan ketidakpastian cuaca di Papua," ujarnya kepada wartawan, Rabu (11/4/2018). 

"Masyarakat tak perlu panik, syok dekati bulan puasa dan idul Fitri aman," katanya.

Di sisi lain, Fauzan menambahkan salah satu faktor yang menjadi peredam inflasi pada bulan April 2018 adalah terjaganya ekspektasi masyarakat terhadap perubahan harga barang dan jasa.

Menurutnya, inflasi yang terjadi di Papua pada bulan Maret 2018 terutama disebabkan oleh peningkatan harga kelompok komoditas volatile food dan kelompok inti. Sementara itu, kelompok komoditas administered prices mengalami deflasi.

"Secara spasial perkembangan harga di dua wilayah yang menjadi lokasi survei inflasi di Papua yaitu Kota Jayapura dan Kabupaten Merauke mengalami inflasi yang searah. Kota Jayapura mengalami inflasi sebesar 2,10 persen (mtm) sedangkan Kabupaten Merauke mengalami inflasi sebesar 0,11 persen (mtm)," katanya.

Dalam release pers, Rabu (11/4/2018), BPS Papua melalui Kabid Statistik BPSB Papua, Bambang Ponco Aji, mengatakan secara disagregasi inflasi, penyumbang inflasi kelompok volatile food terbesar di Jayapura adalah komoditas ekor kuning, cakalang, dan cabai rawit dengan sumbangan masing-masing sebesar 1,41 persen (mtm), 0,41 persen (mtm), dan 0,22 persen (mtm).

"Peningkatan harga komoditas ikan disebabkan oleh tingginya gelombang di perairan laut Papua sehingga produksi tangkapan ikan menurun akibat nelayan jarang melaut. Pada komoditas hortikultura, peningkatan harga sebagian besar disebabkan oleh curah hujan yang tinggi sehingga menggangu beberapa lahan pertanian dan menyebabkan panen tidak optimal.  Sementara itu komoditas penyumbang deflasi di Kota Jayapura adalah apel, sawi hijau, dan jeruk dengan sumbangan masing-masing sebesar -0,018 persen (mtm), -0,018 persen (mtm), dan 0,017 persen (mtm)," katanya. (*) 

Related posts

Leave a Reply