Wamena, Jubi – Ikatan Masyarakat Mahasiswa Papua (IMMAPA) se-Jawa dan Bali, menyalurkan bantuan kemanusiaan bagi para pengungsi konflik Nduga yang berada di Jayawijaya, Sabtu (13/4/2019) .
Ketua Ikatan Masyarakat Mahasiswa Papua se Bali, Raymond Lokbere mengatakan penggalangan dana dan barang sumbangan dilakukan di kota studi mereka selama seminggu, tepatnya sejak 18-23 Maret 2019.
“Kami juga dibantu dari yayasan, ikatan, paguyuban lainya di posko yang kami bangun di Bali. Ada berupa pakaian layak pakai dan juga uang sebesar Rp.200.034.000, selain membantu masyarakat pengungsi di Nduga, kami juga telah menyalurkan bantuan untuk para korban banjir bandang di Sentani, Jayapura,” katanya di posko pengungsian Nduga di halaman gereja Weneroma, Jayawijaya.
Selain pakaian layak pakai, kata Lokbere, mahasiswa juga membawa sejumlah alat tulis bagi para siswa siswi yang bersekolah di pengungsian.
Ketua Ikatan Masyarakat Mahasiswa Papua kota studi Malang, Ima Yelipele yang hadir juga mengaku dengan merangkul semua paguyuban dari Papua dan Papua Barat yang ada di Malang, Jawa Timur, ditambah solidaritas mahasiswa yang ada di sana juga turut membantu memberikan bantuan.
“Kami lakukan aksi penggalangan dana di sejumlah traffic light yang di Malang selama tiga hari, hasilnya kami berhasil kumpulkan uang kurang lebih 100 juta rupiah, pakaian pakai, sembako dan lainya, tetapi khusus untuk Nduga ini kami fokuskan hanya berikan bantuan uang,” kata Yelipele.
Selain untuk pengungsi Nduga, mahasiswa Papua di Malang juga memberikan bantuan pakaian, sembako dan uang ke Sentani yang telah disalurkan.
Tim relawan di posko pengungsian Nduga di Weneroma, Arim Tabuni mengaku bangga atas langkah yang diambil para mahasiswa Papua yang berstudi di Jawa dan Bali ini.
“Kami sangat berterima kasih atas bantuan ini, semoga bermanfaat bagi para pengungsi yang ada di sini,” katanya.
Tabuni bilang, saat ini perhatian pada pengungsi Nduga – baik yang di Jayawijaya, Lanny Jaya maupun di Nduga sendiri dan tempat lainnya – semakin kurang.
“Mungkin terlalu sibuk dengan urusan Pemilu, sehingga para pengungsi ini seperti dikesampingkan,” kata Tabuni. (*)
Editor: Syam Terrajana