Papua No. 1 News Portal | Jubi
Merauke, Jubi – Ikatan Mahasiswa/i Boven Digoel (IMADI) yang sedang mengenyam pendidikan di sejumlah perguruan tinggi (PT) di Kabupaten Merauke mendesak kepada Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Boven Digoel agar menjadi mediator pertemuan antara perwakilan lima suku Boven Digoel dan masyarakat pelaku penganiayaan.
Pertemuan dimaksud tidak lain menyikapi kasus penganiayaan empat orang anak yang terjadi beberapa waktu lalu, hingga mengakibatkan satu di antaranya meninggal dunia dan tiga lain menjalani perawatan di rumah sakit.
Keempat korban yang dianiaya yakni Kiki Andap, Vanpey Dengraus Kuropk, Afadison Mahuze, serta Pike. Keempat korban itu satu diantaranya Vanpey Dengraus Kuropk meninggal dunia di lokasi, lantaran dipukul menggunakan balok.
Para pelaku berjumlah sembilan orang. Ketika itu pelaku sedang dipengaruhi minuman beralkohol. Sementara keempat korban baru pulang dari kios. Saat sedang berjalan, tiba-tiba dihadang para pelaku. Lokasi kejadian adalah di Kampung Timur, Kilometer 1, sekitar SDI Tanah Merah, Distrik Mandobo.
Pernyataan sikap itu dibuat dan ditandatangani perwakilan mahasiswa dari lima suku di Boven Digoel yakni mahasiswa Wambon, Obajan Wauktop, mahasiswa Muyu Kati, Yoseph Wonmut, mahasiswa Awuyu, Nuriman Gowo, mahasiswa Kombay-Koroway, Servina M Pitag. Juga Ketua Umum Ikatan Mahasiswa Boven Digoel (IMADI) , Yohanes P Nanikelop, dan Sekretaris, Philipus G Anonggop.
Dalam keterangan persnya kepada sejumlah wartawan, Ketua Umum Ikatan Mahasiswa Boven Dogoel (IMADI) , Yohanes P Nanikelop, Senin 8/4/2019), mengatakan kelima suku itu harus dipertemukan agar dapat menyelesaikan persoalan dimaksud agar tak terulang lagi.
Selain itu, lanjut dia, pemerintah perlu melihat hak-hak asli masyarakat Boven Digoel sesuai dengan Undang-Undang Otsus. Juga mendesak segera menjalankan perda tentang minuman beralkohol.
“Kami juga minta Polres Boven Digoel mendorong kasus dimaksud hingga tuntas dan dilakukan secara transparan. Sehingga dapat diketahui publik sejauhmana proses penanganan,” pintanya.
Persoalan lain yang dibeberkan adalah hentikan segala bentuk perjudian, lantaran kini sedang marak terjadi. Juga penutupan lokalisasi dan para pekerja seks komersial (PSK) segera dipulangkan ke kampung halaman masing-masing.
Sekretaris IMADI, Philipus G Anonggop, menambahkan korban yang meninggal dunia itu, sebelumnya melarikan diri ke rumah dan meminta mamanya datang di lokasi membantu tiga rekan lain, karena sedang dipukul.
“Begitu keduanya datang, para pelaku mengalihkan perhatian kepada Vanpey dengan memukul menggunakan balok hingga meninggal di tempat,” katanya. (*)
Editor: Dewi Wulandari