Papua No.1 News Portal | Jubi
Nuku’alofa, Jubi – Wakil Perdana Menteri Tonga, Sione Vuna Fa’otusia, telah mengundurkan diri setelah turut menandatangani mosi tidak percaya terhadap perdana menteri negara itu.
Pengunduran diri tersebut semakin menambah tekanan bagi Perdana Menteri Pohiva Tu’i’onetoa, yang kemungkinan besar akan dihadapkan dengan mosi tidak percaya ketika rapat parlemen yang berikutnya.
Fa’otusia adalah satu dari 10 (anggota parlemen) MP perwakilan rakyat yang menandatangani surat mendesak adanya mosi menentang perdana menteri.
Surat itu, yang diajukan pekan lalu, menguraikan tujuh tuduhan terhadap PM Tu’i’onetoa, sebagian besar mengenai pembelanjaan pemerintah.
Jika pemungutan suara atas mosi ini diadakan ketika parlemen dengan 26 kursi itu bertemu dalam sidang berikutnya pada 12 Januari mendatang, pendukung mosi tersebut mungkin hanya memerlukan dukungan dari 13 MP, sementara setidaknya satu MP sedang berada di luar negeri dan tidak dapat memberikan suara.
Salah satu dari sembilan MP yang mewakili keluarga bangsawan Tonga, atau yang disebut Nobles Representatives, di parlemen mengatakan bahwa mosi itu berbeda dan baru terjadi sekali ini.
Lord Ma’afu, yang merupakan Menteri Pertanahan dan Angkatan Bersenjata, mengungkapkan bahwa tidak pernah ada seorang wakil PM yang bertindak melawan perdana menterinya dengan cara seperti itu.
Ma’afu menerangkan bahwa pengajuan mosi itu mengejutkan, dan akan ada lebih banyak perkembangan atas situasi ini di tahun yang baru.
Ketika ditanya bagaimana tanggapan sembilan MP Nobles Representatives, Ma’afu mengatakan kelompok itu, yang mewakili 34 pemegang gelar bangsawan, memilik kewajiban kepada Yang Mulia Raja Tonga dan perintahnya.
Mosi tidak percaya didorong pemilu 2021, menurut akademis
Sementara itu, seorang ahli politik Tonga berkata mosi terhadap Pohiva Tu’i’onetoa ini mungkin dilakukan sebagai langkah kampanye pemilu 2021.
Mosi tersebut diajukan oleh MP Semisi Sika, yang merupakan pemimpin dari sekelompok MP yang masih tergabung dalam faksi partai demokrat.
Dr. Malakai Koloamatangi, yang berbasis di Auckland, mengatakan ada satu hal yang menurutnya menarik dan itu adalah mereka mencoba untuk menggeser pemerintah saat ini, padahal Tonga dijadwalkan melakukan pemilu pada November tahun depan.
Menurutnya pihak oposisi mungkin menggunakan mosi tersebut untuk menarik perhatian publik menjelas pemilu. (RNZI)
Editor: Kristianto Galuwo