Iklan fesyen Tiongkok dituduh rampas budaya Suku Tolai di PNG

Iklan dari merek fesyen ICICLE dikelilingi oleh penari-penari Tubuan PNG. - ABC News/Facebook: ICICLE
Iklan dari merek fesyen ICICLE dikelilingi oleh penari-penari Tubuan PNG. – ABC News/Facebook: ICICLE

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Rabaul, Jubi – Tuduhan cultural appropriation atau perampasan kebudayaan dilayangkan terhadap suatu merek fesyen Tiongkok, setelah mereka menggunakan gambar-gambar penari tradisional Papua Nugini dalam kampanye pemasaran terbarunya.

Read More

Foto-foto yang diterbitkan di situs web ICICLE dan halaman Facebooknya, menunjukkan model-model di pantai di Provinsi Britania Baru Timur, PNG, dikelilingi oleh penari-penari Tubuan dalam kostum tradisional mereka. Satu gambar menampilkan tas tangan yang dipegang antara dua topeng dan kostum kerucut khas Tubuan.

Gambar-gambar tersebut menerima komentar tajam dari orang-orang Papua Nugini yang marah atas penggunaan budaya Tubuan dari Suku Tolai, untuk menjual pakaian dan tas ICICLE.

Ini adalah perampasan budaya yang superfisial, tidak beradab, tamak,“ tulis seorang pengguna di halaman Facebook ICICLE.

Anggota Parlemen (MP) lokal Jelta Wong, juga merupakan Menteri Kepolisian PNG, Tubuan memiliki tempat yang suci dalam budaya pribumi Tolai di Britania Baru Timur.

Ini sangat tidak peka terhadap budaya,” katanya mengenai materi pemasaran ICICLE.

Budaya Tolai mengharuskan perempuan dan anak-anak perempuan untuk menjaga jarak dari penari Tubuan, Wong mengatakan kedekatan model perempuan ICICLE dengan para penari itu sangat menggusarkan.

Secara adat, perempuan seharusnya takut pada penari-penari Tubuan dan mereka seharusnya tidak berada di dekat perempuan,” katanya. “Jadi, dengan menggambarkan model-model di sebelah penari Tubuan, mereka telah mencederai tradisi Tolai.”

HIngga kini belum diketahui bagaimana ICICLE bisa datang dan memotret, serta merekam video model-modelnya dengan para penarik berkostum Tubuan, dan siapa yang memberi mereka izin.

ICICLE telah menghapus postingan itu di Facebook, namun situs web perusahaan masih menampilkannya. (ABC News)

 

Reporter : Elisabeth C. Giay

Editor : Kristianto Galuwo

Related posts

Leave a Reply