Papua No. 1 News Portal | Jubi ,
KETEKUNAN dan keuletan modal utama bagi mama-mama Papua yang sehari-hari berjualan ikan asar. Modal lainnya adalah kesabaran dan ketelitian untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Yang pasti tangan-tangan terampil mereka sangat dibutuhkan mengolah ikan tersebut sebelum dijual.
Mereka menggantungkan hidup atau ekonomi keluarga dengan berjualan ikan asar di pinggir jalan di Kota Jayapura dan Kabupaten Jayapura, terutama di Pasar Youtefa Kotaraja, Pasar Hamadi, Pasar Mama-Mama Papua di Jalan Percetakan Negara, dan Pasar Pharaa Sentani. Ada yang sejak 2012, ada pula sejak 2015.
"Usaha ini ditekuni dalam keluarga kami sebagai mata pencarian untuk menghidupi keluarga," kata Mama Lena Arey, penjual ikan asar di Pasar Hamadi, kepada Jubi.
Mama Lena mengatakan untuk menghasilkan ikan asar yang baik membutuhkan ketelitian dalam proses pemilihan ikan yang baik dan segar hingga pada tahan pengasapan atau pembakaran. Sebab salah sedikit akan berdampak pada hasil, warna, dan rasa ikan asar tersebut.
"Dalam proses ini yang kerja hanya kita sekeluarga saja, cukup tiga orang dibantu anak dan suami, untuk proses ikan asar dilakukan di rumah dan berjualan di Pasar Hamadi dari pagi hingga malam, mulai pukul 09.00 – 19.00 WP jaga bergilir," katanya.
Sehari Mama Lena paling banyak menyediakan 50 ekor ikan asar. Biasanya bisa terjual 30 hingga 40 ekor. Harganya yang paling kecil Rp 25 ribu hingga Rp 35 ribu. Ukuran sedang Rp 40 ribu sampai Rp 50 ribu, dan ukuran besar Rp 50 ribu hingga Rp 60 ribu.
Harga ikan bisa naik dan turun dipengaruhi banyaknya penjual ikan asar atau hasil tangkapan nelayan. Jika hasil tangkapan berkurang maka ikan menjadi mahal sehingga harga ikan asar pun ikut mahal.
"Yang pasti orang Papua yang suka beli, mereka suka ikan yang masih baru dan masih panas, serta warna ikan yang baik dan proses pembakaran (pengasapan) yang baik dan ikannya tidak rusak saat pembakaran,” katanya.
Pembeli, katanya, sering memilih-milih ikan dan menanyakan ikan apa dan dapat dimana, serta kapan ditangkapnya untuk mengecek kebaruan ikan.
Menurut Mama Leni ikan yang baling bagus untuk dibuat menjadi ikan asar adalah ikan ekor kuning atau yang sering disebut ikan tuna.
Dalam sehari Mama Leni bisa berpenghasilan Rp 1 juta hingga Rp 2 juta. Tentu saja ini tergantung banyaknya pembeli. Ia tidak bisa memastikan penghasilannya sebulan, karena mesti dikurangi dengan kebutuhan membeli ikan dan kebutuhan rumah lainnya.
Namun dari penghasilan berjualan ikan asar cukup untuk menghidupi keluarga, membiayai kebutuhan rumah tangga lainnya, serta bisa menabung.
"Kesulitan sekarang adalah semakin banyak orang yang berjualan ikan asar sehingga pendapatan juga ikut berkurang, tidak seperti dulu,” katanya.
Apalagi, tambahnya, hasil tangkapan ikan sekarang terkadang kurang sehingga ikan yang harus dibeli mahal. Kalau sudah begini bisa-bisa ia tidak untung, namun hanya kembali modal.
“Dalam usaha tidak ada kemudahan, pasti selalu ada tantangan," ujarnya.
Mama Lena mengaku bersyukur karena memiliki tempat berjualan yang cukup memadai dan strategis. Namun ia tetap berharap pemerintah memperhatikan perekonomian masyarakat Papua dengan memberikan modal dalam bentuk pinjaman.
“Agar kami juga dapat berkarya dan ke depan semoga dari usaha yang kami lakukan dapat dikembangkan di pasar lain,” katanya.
Penjual ikan asar lainnya, Mama Laura, juga mengolah ikan asar sekeluarganya di rumah. Ia berjualan di Pasar Youtefa.
"Ikan saya beli kepada nelayan di Hamadi dan biasanya ada langganan dan keluarga yang pancing di laut jadi beli di situ," kata ibu dua anak ini.
Sambil merapikan dagangannya, Mama Laura mengatakan dengan penghasilan dari ikan asar dan sagu cukup membantu untuk menghidupi sekeluarga dan kebutuhan anak-anaknya yang sedang sekolah.
Aknes Dabi, pembeli ikan asar, ketika ditemui Jubi di Pasar Youtefa, mengatakan suka makan ikan asar dengan kuah kuning dicampur papeda.
"Dalam seminggu bisa dua hingga tiga kali beli ikan asar untuk makan di rumah bersama keluarga sejak dua tahun terakhir ini setelah tiba dari Wamena," ujarnya.
Aknes lebih sering berbelanja di Pasar Youtefa kerena dekat dengan tempat tinggalnya.
“Usul saja untuk penjual ikan asar agar berjualan di tempat yang bagus dan jauh dari kotoran sampah plastik dan limbah lainnya, karena akan mempengaruhi pembeli untuk membeli,” katanya. (*)