Papua No. 1 News Portal | Jubi
Lubukbasung, Jubi – Angin kencang disertai curah hujan tinggi dinilai menjadi penyebab kematian ratusan ton ikan yang dipelihara nelayan di Danau Maninjau, Kecamatan Tanjungraya, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Ikan itu telah dipelihara para nelayan dengan sistem di keramba jaring apung.
“Kematian 200 ton ikan itu tersebar di dua nagari yakni, Nagari Tanjung Sani sebanyak 50 ton dan Nagari Koto Kaciak 150 ton,” kata penyuluh Perikanan Kecamatan Tanjungraya, Asrul Deni Putra di Lubukbasung, Minggu, (12/12/2021) kemarin.
Baca juga : Populasi ikan endemik danau singkarak mengkhawatirkan
Kebakaran hutan dan lahan di daerah ini matikan satwa endemik
Kematian ikan pantai Ambon bukan pertanda gempa dan tsunami
Menurut Asrul, di Nagari Tanjung Sani tersebar di Jorong Muko Jalan, Jorong Batu Nanggai, Jorong Galapuang dan Jorong Pandan.
“Ini data sementara yang saya peroleh dari petani dan ikan itu berasal dari ratusan petak keramba jaring apung milik 150 orang,” kata Asrul menambahkan.
Menurut dia, kematian ikan jenis nila dan mas itu akibat angin kencang disertai curah hujan tinggi, hal itu disebabkan pembalikan air di dasar danau vulkanik sehingga sisa pakan di dasar danau yang mengandung amoniak terangkat ke atas dan membuat ikan keracunan.
“Ikan di dalam keramba jaring apung mengalami pusing dan mati. Beberapa jam, bangkai ikan mengapung ke permukaan danau,” katanya.
Asrul mengimbau petani ikan segera memanen dan memindahkan ke kolam air tenang, agar tidak mati karena curah hujan masih tinggi dan beresiko untuk kematian ikan.
Sebelumnya Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan Agam mengimbau agar petani untuk menunda menebar bibit ikan dari September sampai Januari yang diperkirakan mengalami curah hujan disertai angin kencang. Kondisi cuaca itu berpotensi mengurangi kandungan oksigen yang menyebabkan ikan mati.
“Kita telah memasang papan imbauan di sekitar Danau Maninjau,” katanya. (*)
Editor : Edi Faisol