Helconi Hermain, kiper Mungil bernyali besar

Papua, eks pemain persipura, Helconi Hermain
Eks Kiper Persipura Jayapura, Helconi Hermain (tengah) / Dok. Helconi Hermain

Papua No.1 News Portal

Jayapura, Jubi – Persipura Jayapura pernah menapaki suatu musim indah, mana kala kompetisi sepakbola Indonesia baru beranjak profesional. Momentum itu terekam pada kompetisi Liga Indonesia (Ligina) edisi kedua, 1996 silam.

Tersebutlah salah seorang pemain yang cukup ikonik di musim tersebut; Helconi Hermain, berpostur mungil yang senantiasa waspada di bawah mistar gawang.

Read More

Bagi sebagian besar pecandu bola yang menjadi saksi sepak terjang Persipura di musim tersebut, Helconi menjadi salah satu pemain yang paling dikenang dengan terang benderang.

Helconi menepis keraguan ribuan pasang mata yang menyaksikan armada Mutiara Hitam bertanding kala itu. Tinggi badannya hanya 164 cm, postur yang sangat tidak ideal bagi seorang penjaga gawang. Tapi, jangan ditanya seberapa besar nyalinya.

Penjaga gawang jebolan Persijatim (sekarang Sriwijaya FC) ini, mengingatkan publik akan sosok Jorge Campos, penjaga gawang tim nasional Meksiko yang tersohor di ajang Piala Dunia 1994 di Amerika Serikat.

Helconi dan Campos, dua penjaga gawang bertubuh mungil yang memiliki ciri khas yang sama, bertubuh mungil, tapi sangat bernyali. Bedanya, Campos lebih dikenal dengan gaya nyentriknya, sementara Helconi lebih tenang dan kalem.

Membandingkan Helconi dengan Campos, bak langit dan bumi. Karena bagaimanapun juga, Campos merupakan penjaga gawang ternama di persepakbolaan dunia.

Tapi menyimak. kisah Helconi di Persipura, bagai mengarungi cerita dongeng.

Datang dari jauh dari pulau seberang, Helconi justru sanggup mencuri hati para pecinta Persipura di musim perdananya. Dia jadi bagian dari skuad Persipura yang sukses mencapai prestasi tertinggi pertama, di kompetisi profesional sepakbola Indonesia.

Helconi bersama koleganya, berhasil mengantarkan Persipura melenggang ke Senayan, Jakarta, tahun 1996 silam. Kala itu, Persipura yang baru setahun promosi dari kasta kedua sanggup lolos hingga babak semifinal, sebelum akhirnya kalah dari PSM Makassar lewat pertarungan dramatis.

“Helconi sangat membantu kesuksesan timnya di Ligina II, dia disukai oleh penggemar mutiara hitam,” kata Nando Fairyo, pengamat sepak bola dan eks pemain Persipura era 90-an kepada Jubi, Sabtu (5/9/20).

Karena Tumpak Sihite

Helconi mungkin tak pernah membayangkan, jika dirinya bakal merantau jauh ke Tanah Papua dan memperkuat klub Persipura Jayapura. Tapi, hal itu justru terjadi. Petualangan Helconi menuju Papua dimulai dari klub Persijatim Jakarta Timur.

Sosok yang membawanya terbang jauh ke Papua adalah pelatih kawakan asal Sumatera Utara, Tumpak Sihite. Pelatih yang kerap dipanggil Opung inilah yang berjasa besar dalam karier sepakbola Helconi.

Helconi dan coach Tumpak pernah satu tim di klub Pusri Palembang, sebelum akhirnya bertemu kembali di Persijatim. Saat coach Tumpak hengkang ke Persipura jelang kompetisi Ligina II tahun 1995, Persipura diboyong ke Jakarta untuk menjalani pemusatan latihan (TC) di Lapangan Halim.

Di situlah, awal pertemuan Helconi dengan tim berjulukan Mutiara Hitam. Di sebuah kesempatan saat Persipura menjalani masa TC, coach Tumpak menggelar laga uji coba kontra Persijatim.

Dalam laga ujicoba itu, Helconi digempur habis-habisan oleh para pemain Persipura seperti Chris Leo Yarangga, Ronny Wabia dan sejumlah pemain lainnya. Namun, keberanian kiper mungil ini mencuri perhatian manajer Persipura kala itu, Spencer Infandi.

Kebetulan, Opung  Tumpak juga ingin bereuni dengan mantan anak didiknya itu.

“Saat mendapatkan kehormatan berlatih tanding dengan Persipura kala itu, baru saya rasakan ganasnya pemain Persipura dalam artian kekuatan mereka, saya dibombardir habis-habisan. Atas persetujuan manajer saat itu, almarhum Pak Spencer Infandi saya akhirnya bergabung dengan Persipura,” kenang Helconi belum lama ini.

“Dan sampai saat ini, beliau berdua (Spencer Infandi dan coach Tumpak) selalu ada di hati terdalam saya. Atas jasa-jasa beliau berdua saya bisa seperti saat ini,” tambah Helconi.

Seperti Kucing

Waktu pertama kali memijakkan kakinya di atas Tanah Papua, tak banyak orang yang begitu mengenal namanya, khususnya bagi pecinta Persipura. Helconi tak setenar Sumardi (kiper PKT Bontang), Hermansyah (Persib Bandung), Hendro Kartiko (Mitra Surabaya) dan sejumlah kiper ternama di Indonesia kala itu.

Postur tubuhnya yang sangat pendek, tak banyak menghadirkan ekspektasi dari publik Mandala. Tapi, saat ia memulai petualangannya di bawah mistar gawang Persipura, ribuan pasang mata dibuatnya terperangah.

Helconi bak seekor kucing, dia melompat bebas semaunya, seakan tak sadar dengan postur tubuhnya yang di bawah standar. Ia kemudian menjelma menjadi idola baru di Stadion Mandala.

“Postur saya memang pendek, hanya 164 cm, tapi itu justru jadi kekuatan tersendiri bagi saya. Yang penting tidak kalah nyali,” ujar Helconi.

Aksi Helconi di masa itu bahkan masih dikenang dengan jelas oleh salah satu sahabatnya, sekaligus mantan pesaingnya di posisi penjaga gawang Persipura, Fison Meraudje.

“Helconi Hermain, dia orang yang baik sekali di luar lapangan. Kalau di dalam lapangan dia adalah kiper dengan postur yang tidak terlalu tinggi. Tapi, dia punya kelebihan jumping (lompatan), terbang menangkap bola yang jauh dari jangkauan. Saya salut dan respek terhadap Helconi karena kami berdua sama-sama memperkuat Persipura dari Ligina II sampai Ligina IX,” tutur Fison.

Apa yang dikatakan oleh Fison juga diamini oleh mantan gelandang Persipura asal Tanah Jawa, Jimmy Suparno. Saat menjadi rekan setim di musim 2004, Jimmy mengaku Helconi punya kelebihan, walaupun posturnya pendek.

“Helconi itu sosok yang humoris, dan supel di luar lapangan. Tapi kalau di lapangan, walaupun dia posturnya pendek, tapi dia punya kelebihan di jumping yang tinggi,” kata Jimmy.

Bawa Persipura ke Senayan dan menetap di Papua

Opung  Tumpak memang tak pernah salah pernah mendatangkan Helconi ke Persipura. Meskipun awalnya perekrutan kiper asal Sumatera itu dianggap sebagai anomali, karena Persipura di masa itu belum pernah diperkuat oleh pemain migran. Tim Mutiara Hitam lebih mengandalkan pemain-pemain produk lokal.

Helconi akhirnya mampu menjawab keraguan, dan menjadi bagian dari sejarah indah Persipura di kompetisi Ligina II 1996, musim perdananya berseragam Persipura.

Kala itu, bersama pemain-pemain legendaris seperti Chris Leo Yarangga, Ronny Wabia, Eduard Ivakdalam, Ritham Madubun, Alfred Repasi dan sejumlah pemain lainnya, Persipura turut diantarkannya menuju Stadion Gelora Bung Karno, Senayan.

Persipura sukses melenggang hingga babak semifinal, pencapaian tertinggi mereka sejak kembali promosi ke kasta tertinggi tahun 1994. Sayang, perjalanan Persipura harus terhenti oleh PSM Makassar lewat pertarungan dramatis yang berakhir dengan skor 3-4.

Meski timnya kandas di babak semifinal, Helconi tetap merasa bangga. Karena di masa itu hanya Persipura dan Persib Bandung yang tanpa diperkuat pemain asing. Tak hanya di Ligina II, di kompetisi berikutnya, Helconi bersama kolega kembali membawa Persipura melangkah ke babak 8 besar Ligina III.

“Di Ligina II itu kita sampai ke semifinal, dan Ligina III sampai 8 besar. Memang, di awal-awal kompetisi Ligina itu hanya Persipura dan Persib yang tanpa pemain asing. Itu betul-betul kita berjuang dengan kebersamaan dan penuh kekeluargaan,” ujar Helconi.

Usai mengakhiri kebersamaannya bersama Persipura pada 2004, Helconi memilih tetap berkarier di Papua dan membela Persidafon Dafonsoro hingga 2009. Lalu ia sempat menjadi pelatih kiper Persitoli Tolikara dan menangani kiper-kiper PON Papua di ajang PON XIX Jawa Barat, tahun 2016.

Helconi yang sudah mengantongi status ASN-nya di Pemerintah Provinsi Papua sejak 1997, kini mengabdi di Kabupaten Puncak Jaya sebagai Sekretaris BPKAD.(CR4)

Editor: Syam Terrajana

Related posts

Leave a Reply