Papua No. 1 News Portal | Jubi
Nabire, Jubi – Nabire seperti sedang diliputi suasana “harap-harap cemas” setelah menemukan 35 orang dengan hasil tes cepat atau rapid test reaktif. Hingga Sabtu (25/4/2020), Satuan Tugas Covid-19 masih menanti hasil pengujian realtime Polymerase chain reaction (PCR) untuk memastikan apakah 35 orang itu positif terinfeksi virus korona atau tidak.
Hasil tes cepat reaktif menunjukkan adanya antibodi yang terbentuk di dalam tubuh 35 orang itu, yang terbentuk karena mereka pernah terinfeksi virus. Akan tetapi, untuk memastikan apakah antibodi mereka terbentuk karena infeksi virus korona, harus dilakukan pengujian spesimen swap (cairan tenggorokan) dengan tes realtime PCR oleh Laboratorium Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Papua di Kota Jayapura.
Juru Bicara Satgas Covid-19 Nabire, Frans Sayori menyatakan spesimen swap 35 orang dengan hasil tes cepat reaktif itu telah dikirimkan ke Jayapura pada Jumat (24/4/2020). Meski tetap berharap hasil tes 35 orang itu negatif, Sayori menyatakan pihaknya tetap menyiapkan skenario penanganan jika 35 orang itu terkonfirmasi positif korona.
“[Ini hasil dari] yang terdahulu, 22 [orang mendapatkan hasil tes cepat] reaktif. [Lalu] ditambah 13 [orang yang telah] kontak erat [dengan mereka atau tiga pasien positif korona. Jika nantinya hasil realtime PCR 35 orang itu mengonfirmasi positif infeksi korona] maka total 38 orang [yang positif korona di Nabire],” kata Sayori.
Sayori menyatakan pada Sabtu kondisi 35 orang yang mendapatkan hasil tes cepat reaktif itu memiliki gejala sakit ringan. Dari 35 orang dengan hasil tes cepat reaktif, sekitar 25-26 orang diantaranya masuk dalam klaster penularan Gowa. Sayori menyatakan mereka telah menjalani isolasi secara mandiri, dengan terus dipantau petugas medis dan aparat keamanan.
“Ada 25 atau 26 orang yang sudah isolasi mandiri di Pesantren Sanoba di Distrik Nabire. Sudah 10 hari lebih. Mereka semua masuk klaster Gowa. [Isolasi mandiri itu] tujuannya agar tidak terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan. Syukur, sejauh ini aman-aman saja. Waktu melakukan [pengambilan] swab, kami juga didampingi aparat keamanan, mulai pemeriksaan sampai mereka kembali ke tempat isolasi,” ujarnya.
Jika kasus positif korona di Nabire bertambah signifkan, Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 Nabire akan menerapkan sistem klasifikasi pasien positif berdasarkan kondisi masing-masing pasien. Klasifikasi itu harus dilakukan karena keterbatasan daya tampung Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Nabire dalam menangani pasien Covid-19.
“Seharusnya kan kondisi pasien [sakit] berat yang dirujuk ke RS rujukan. [Sementara] pasien [sakit] ringan dan sedang di rumah sakit darurat. [Di Nabire] kami tidak punya RS darurat, hanya [ada] RS rujukan, [yaitu] RSUD Nabire. Karena itu, nanti kami lihat lagi kondisi masing-masing pasien Covid-19, mana yang prioritas di RSUD Nabire, dan mana yang bisa menjalani perawatan mandiri,” ujarnya.
Terkait tiga pasien positif korona yang tengah menjalani perawatan di RSUD Nabire, Sayori menyatakan ketiga pasien positif korona itu dalam keadaan baik. Ketiga pasien positif korona itu berasal dari tiga distrik yang berbeda, yaitu Distrik Nabire, Wanggar dan Makimi. Sayori menambahkan, ketiga pasien positif korona maupun 35 orang dengan hasil tes cepat reaktif itu seluruhnya bukan orang asli Papua.
Hingga Sabtu, jumlah Orang Dalam Pemantauan (ODP) di Nabire sebanyak 38 orang. Dari jumlah itu, ada 27 orang yang berada di Distrik Nabire. Sejumlah ODP lainnya berada di Distrik Teluk Kimi (4 orang) , Distrik Nabire Barat (2 orang), Distrik Wanggar (3 orang), dan Distrik Makimi (2 orang).
100 orang akan jalani tes cepat
Sayori menyatakan ketersediaan Alat Pelindung Diri (APD) di RSUD Nabire masih mencukupi. “Hari ini [dengan pesawat Casa] kita ketambahan pasokan APD, sekitar 500 paket. Yang 200 untuk RSUD Nabire, dan 300 lainnya untuk Dinas Kesehatan Nabire. Ada tambahan rapid test juga dari provinsi, [juga] obat-obatan dan vaksin yang tiba di Nabire, Jumat (24/4),” katanya.
Satgas Covid-19 Nabire menargetkan 100 orang yang memiliki riwayat kontak dengan pasien positif korona atau orang dengan hasil tes cepat reaktif untuk segera menjalani tes cepat Covid-19. Tes cepat bagi 100 target utama itu diharapkan bisa dilakukan pada Senin (27/4/2020) atau Selasa (28/4/2020) pekan depan.
“Tapi saat ini alat sangat terbatas. Mudah-mudahan kiriman 300 alat rapid test [yang dijanjikan Pemerintah Provinsi Papua tiba]. Mudah-mudahan Senin atau Selasa sudah bisa tes untuk 100 orang. [Tes cepat penting] untuk memutus rantai penularan,” lanjut Sayori.
Sejak 20 April 2020 lalu, Kabupaten Nabire telah menaikkan status penanganan Covid-19 dari Siaga Darurat menjadi Tanggap Darurat. Bupati Nabire, Isaias Douw, dalam rapat dengan kepala distrik, lurah dan kepala kampung se- Nabire pada Rabu (22/4/2020) lalu menyatakan masa Tanggap Darurat yang berlaku hingga 6 Mei 2020.
Jika dalam masa Tanggap Darurat itu terkonfirmasi kasus baru positif korona, Douw meminta kepala distrik, lurah dan kepala kampung tidak ragu memberlakukan pembatasan aktivitas warganya. “Kalau ada penambahan kasus positif, saya akan tutup penuh semua aktivitas. Ini untuk keselamatan manusia. Saya sudah perintahkan agar data dengan benar dan lengkap kelompok-kelompok masyarakat yang akan merasakan dampak jika kebijakan [pembatasan diterapkan],” ujarnya.
Hingga Sabtu, pasar, warung dan toko di Nabire mulai menjalankan pembatasan waktu berdagang, dengan membuka usahanya pukul 08.00 hingga pukul 14.00 WP. Khusus bagi Mama-mama pasar Papua diizinkan berjualan antara pukul 16.00 sampai pukul 17.00 WP. Seluruh warga yang beraktivitas di luar rumah juga diwajibkan menjaga jarak aman antarorang sejuah 2 meter.(*)
Editor: Aryo Wisanggeni G