Papua No. 1 News Portal | Jubi,
Jayapura, Jubi – Gereja Katolik melalui Keuskupan Timika, Papua, mengajak masyarakat mencintai makanan lokal. Seruan itu disampaikan saat peringatan hari pangan sedunia 16 Oktober 2017.
“Gerakan mencintai makanan lokal adalah gerakan mencintai hasil dusun sendiri dan gerakan mencintai makanan yang telah menghidupkan leluhur,” kata Uskup Timika, Mgr. John Philip Saklil, Pr, kepada Jubi, Senin, (16/10/2017).
Uskup Saklil mempertanyakan kepada orang asli Papua, khususnya umat Katolik di wilayahnya yang suka makanan dari orang lain dan menghabiskan uang membeli makanan yang bukan produk lokal.
“Kita jadi miskin karena bergantung pada hasil dusun mereka. Lebih sedih lagi, kita jual dusun kita dan kita tidak punya lagi makanan lokal,” kata Saklil menambahkan.
Ia mengaku prihatin karena masyarakat Papua semakin tergantung pada makanan dari luar dusun. Selain mencintai makanan lokal, ia juga mengingatkan agar masyarakat Papua tidak menjual tanah yang akan digunakan menjadi kebun kelapa sawit.
“Hai anak negeri Papua, cintailah makananmu sendiri. Berarti anda mencintai dusunmu,” katanya.
Seruan mencintai makanan lokal itu diimbangi dengan bazar 1001 aneka olahan pangan lokal saat memperingati hari pangan sedunia. Tercatat hasil makanan olah dari sagu, keladi, petatas dan singkong dipamerkan di lapangan Gelael Timika.
Kepala SMP YPPK Epouto, Paniai, Keuskupann Timika, Esau Tekege, mengatakan gerakan mencintai makanan lokal itu sebagai bentuk mengembalikan kejayaan petani.
“Sebab konsumsi terhadap produk pangan akan mengembalikan kejayaan petani,” kata Esau.
Esau juga mengajak agar masyarakat mengendalikan makan secukupnya saat banyak anak masih kekurangan gizi. Ia mengacu pernyataan Paus Fransiskus beberapa tahun lalu yang menyebutkan siapa membuang makanan sama dengan merampoknya dari orang miskin.
“Lebih baik jika kita mampu menyisihkan makanan agar saudari-saudara kita, anak-anak kita yang kekurangan gizi bisa dibantu,” katanya. (*)