Papua No.1 News Portal | Jubi
Sentani, Jubi – Pelaksanaan Festival Waibhu di Tanjung Yunderei (Tanjung Cinta), pada hari kedua sepi pengunjung. Dari sebanyak 30 stan yang disiapkan panitia, hanya sebagian besar yang telah terisi sejak pagi oleh peserta, sedang yang lain belum ditempati.
Puluhan tenda yang menyediakan aneka kuliner khas Papua, hasil kerajinan tangan berupa gantungan kunci, miniatur perahu, aksesori pakaian tradisional, serta produk-produk kesehatan yang dibuat secara lokal oleh kelompok usaha bersama masyarakat di Waibhu maupun dari luar, masih terlihat sepi pengunjung.
Harun, salah satu peserta festival yang menyediakan kopi Papua mengatakan, Festival Waibhu sejak hari pertama masih minim pengunjung, dan sebagian tenda atau stan belum terisi.
Menurutnya, pada hari pertama pelaksanaan festival diisi oleh artis-artis lokal Papua. Pengunjungnya juga tidak begitu banyak dan terfokus di panggung hiburan, hanya sebagian kecil pengunjung yang datang sampai ke stan dan tenda paling ujung.
“Hari pertama karena kondisi cuaca yang agak panas, ada pengunjung yang datang membeli es kopi asli Papua. Lalu sorenya ada yang datang juga membeli kopi panas, biasanya dalam event seperti ini, kopi dalam kemasan 500 gram bisa habis puluhan hingga ratusan bungkus. Di hari kedua ini sejak pagi belum ada yang datang membeli kopi racikan kami,” ujar Harun, Rabu (24/11/2021).
Hal senada juga dikatakan oleh Marwati, salah satu pengunjung festival yang sudah dua kali berkunjung ke tempat festival, dalam satu hari ini.
“Tadi pagi sekitar jam 10 saya dan beberapa teman ada datang ke sini, masih sepi dan belum banyak pengunjung yang datang. Hanya sebentar saja lalu kembali ke rumah dan janjian lagi datang ke sini agak sore, karena informasi panitia sore ini ada sejumlah kegiatan dan lomba yang akan dilaksanakan,” katanya.
Sementara itu, salah satu seniman Papua, Theo Yepese mengatakan Festival Waibhu yang pertama ini sudah sangat bagus dan harus dilaksanakan secara berkelanjutan, serta dikelola dengan baik dan profesional.
“Tempat pelaksana kegiatan harus ditata lebih baik lagi. Lalu, spot wisatanya disiapkan juga agar para pengunjung dapat menikmati indahnya pemandangan pesisir Danau Sentani dengan sepuasnya. Tanjung Cinta sebagai trigger atau pemicunya saja, sementara spot wisatanya ada pada hamparan bukit-bukit yang ada di depan tanjung,” jelasnya.
Pemilik sanggar seni Honong Papua ini, juga memberikan masukan kepada para penjual pernak-pernik atau aksesori Papua yang ada di setiap stan dan tenda, bahwa harga barang-barang yang dijual sangat mahal dibandingkan dengan harga barang yang sama, yang dijual di luar dari tempat festival. Kehadiran para pengunjung, selain menikmati indahnya pemandangan Danau Sentani, tetapi mereka juga bisa membawa pulang oleh-oleh dari Tanjung Cinta.
“Para pengunjung sudah datang, tetapi tidak membeli apa-apa dari tempat festival, sangat disayangkan. Oleh karena itu, harganya ditekan turun dan stok barangnya diperbanyak agar pengunjung bisa membeli dalam jumlah yang banyak,” katanya. (*)
Editor: Kristianto Galuwo