Papua No.1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – Melimpahnya kiriman pinang dari Arso, Koya, dan Skow menyebabkan harga pinang anjlok di Pasar Youtefa, Jayapura, Papua. Akibatnya pendapatan pedagang pinang pun menurun dratis.
“Lagi banjir pinang dari Arso, Koya, dan Skow, jadi pendatapan menurun, terkadang dapat Rp100 ribu, terkadang dapat Rp200 ribu sehari,” ujar penjual pinang di Pasar Youtefa, Anser kepada Jubi, Jumat (01/01/2021).
Bila kiriman pinang sepi, kata Anser, harga pinang akan naik. Saat seperti itu ia bisa berpendapatan Rp500 ribu hingga Rp1 juta sehari.
“Ini banjir, harganya untuk ukuran plastik 2 kilogram cuma Rp50 ribu, biasanya Rp100 ribu, kita kasih turun biar laku,” katanya.
Menurut Anser, menjelang awal tahun ini kiriman pinang melimpah. Akibatnya dalam sehari ia hanya bisamenjual 5 kilogram.
“Kalau datang banjir begini kadang untung kadang tidak, butuh tiga hari baru laku habis,” ujarnya.
Pedagang lainnya, Irwan mengatakan awal tahun memang akan banyak kiriman pinang dari Arso dan Kampung Wutung-PNG.
“Ini kan hari libur pembelinya sunyi, biasanya jualan per karung bisa laku sampai empat karung, tapi karena banjir pinang kini kita harus jual eceran,” ujarnya.
Menurut Irwan, membanjirnya kiriman pinang membuat harga pinang ikut menurun. Sebelumnya per karung ukuran 30 kilogram harga jual Rp800 ribu, tapi sekarang turun drastis menjadi Rp400 ribu.
“Sedangkan per oki dulu kita jual Rp250 ribu, turun menjadi Rp100 ribu,” katanya.
Pedagang lainnya, Ester mengatakan ia mendapatkan pinang dari petani Arso dan Koya. Melimpahnya pinang karena adanya penumpukan dan tidak ada kiriman ke luar Jayapura.
“Sekarang ini kan tidak ada pengiriman lagi, kalau orang kirim ke luar Jayapura pasti tidak menumpuk begini, tapi semua pinang lagi menumpuk di Pasar Youtefa ini,” ujarnya.
Menurut Ester penumpukan pinang di Pasar Youtefa, Jayapura, Papua sudah terjadi lima hari belakangan, dari 28 Desember 2020 hingga 1 Januari 2021.
“Biasanya kan kebanyakan orang kirim ke Wamena, tapi beberapa hari tidak kirim jadi menumpuk ini pinang, ada juga yang dikirimkan ke Timika, tapi jarang sekarang ini,” katanya.
Ester mengeluarkan modal maksimal Rp3 juta untuk mendapatkan pinang sebanyak 15 sampai 20 kilogram. Ia kemudian menjualnya eceran Rp60 ribu sampai Rp70 ribu per kg.
“Sisanya ada yang dijual per tumpuk, ada yang Rp10 ribu, ada Rp20 ribu, ada juga yang Rp50 ribu sampai Rp100 ribu per tumpuk,” ujarnya.
Dengan melimpahnya pinang, kata Ester, pedagang menghindari penumpukan. Persediaan pinang dihabiskan dulu agar modal bisa kembali.
“Yang penting kita tidak menampung, besok kalau mau beli lagi, kalau memang kosong satu hari bisa dua kali beli lagi, tapi kalau lagi banyak begini kita tidak memaksa untuk beli lagi,” katanya.
Biasanya butuh dua sampai tiga hari jualan pinangnya habis. Meski pinang melimpah, Ester tidak mau menurunkan harga pinangnya karena tidak mau rugi.
“Ini pinang dari kemarin dulu kita masih jual ini, mau kasih turun harga bagaimana? Kita mau turun harga tapi kita beli di sana mahal, jelas kita yang rugi, kalau ramai pembeli bisa habis 10 kgi sehari, tapi kalau sepi tidak habis 10 kg, mungkin besok lagi,” ujarnya. (Theo Kelen)
Editor: Syofiardi