Harapan mahasiswa terhadap pilkada Papua

Papua No. 1 News Portal | Jubi ,

BAGAIMANA mahasiswa Papua memandang Pilkada Papua 2018 dan mengharapkan perubahan melalui pesta rakyat tersebut?. Jubi mewawancarai beberapa mahasiswa dari sejumlah perguruan tinggi yang hadir pada seminar "Pemilu Papua Penuh Damai, Rakyat Cerdas Berdemokrasi" yang digelar Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Sains dan Teknologi Jayapura (BEM USTJ) di aula kampus USTJ, Sabtu 19 Mei 2018.

Melvin Marian, 25 tahun, mahasiswa semester akhir Jurusan Informatika di Ottow Geisler Kotaraja mengatakan pada pilkada sebelumnya, baik pilkada kota maupun kabupaten, ia pernah ikut memilih sehingga sudah terbiasa.

"Kalau untuk kartu pemilih saya belum dapat, mungkin belum dibagikan, kalau memilih ya ikuti aturan atau prosedur yang ada, pastinya ada petugas juga yang akan tuntun kita dalam TPS," ujarnya.

Pemimpin ideal menurut Melvin adalah pemimpin yang bisa melihat semua rakyatnya tanpa membedakan suku, agama, dan ras, serta merangkul semua orang untuk membangun Tanah Papua yang lebih maju dan lebih baik.

"Harapan saya siapapun yang terpilih, terutama di Pilgub, dapat mengakomodir semua orang dan bekerja jujur, adil, dan bermartabat sehingga pembangunan dapat dirasakan di semua kabupaten dan kota,” ujarnya.

Selama ini, tambah Melvin, yang kurang diakomodir adalah pemuda Papua dalam berbisnis, lapangan pekerjaan yang mulai didominasi oleh warga non Papua, sehingga orang asli Papua menjadi minoritas di atas tanahnya.

Menurut Melvin, pemilihan langsung seperti sekarang sangat bagus untuk menentukan siapa pemimpin yang dikagumi atau diminati masyarakat untuk memimpin mereka 5 tahun ke depan dengan kerja dan kualitas mereka.

Hanya saja di Papua kekurangannya adalah sering terjadi kecurangan dalam proses penghitungan suara sehingga terjadi bentrok antar masyarakat pendukung paslon.

"Saya berharap Pilgub besok dapat berjalan dengan aman, damai, tanpa ada bentrok yang mengorbankan nyawa," katanya.

Linus Pabika, 24 tahun, mahasiswa semester IV Jurusan FISIP Universitas Cenderawasih, mengatakan pada Pilkada 2018 ia ketiga kali ikut memilih. Karena itu ia sudah terbiasa.  

Menurut Pabika, pemimpin yang terpilih nanti harus merakyat di seluruh Tanah Papua tanpa membedakan masyarakat di gunung dan pantai, tapi satu Papua.

"Siapapun yang terpilih bisa memajukan SDM (Sumber Daya Manusia) Papua lewat pendidikan dan kesehatan yang baik, terutama di pedalaman Papua yang tidak tersentuh pembangunan infrastruktur. Dengan begitu rakyat Papua bisa merasakan apa itu pembangunan dengan pemerataan di setiap kabupaten dan kota," ujarnya.

Pabika mengatakan selama ini yang kurang diperhatikan pemerintah terutama bidang pendidikan dan kesehatan yang minim pelayanan, terutama di pedalaman Papua.

“Banyak tenaga guru dan petugas kesehatan, namun lebih banyak menganggur dan tinggal di kota makan gaji buta sehingga banyak orang sakit meninggal dan banyak anak buta huruf,” katanya.

Anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Papua, Musa Sombuk, mengatakan pemilih muda, termasuk pemilih pemula cukup besar jumlahnya. Di Indonesia, pemilih pemula saja, yaitu yang di SMA menuju ke kampus dan mereka yang sudah ada di kampus mencapai 30 persen.

“Mereka paling dinamis dan generasi yang melek politik, serta lebih paham,” ujarnya kepada Jubi usai seminar.

Generasi muda ini terakses dengan terhadap internet dan memiliki akses informasi yang luar biasa.

"Dulu mereka dianggap generasi afiliasi, artinya dalam pemilihan seperti dulu nanti ikut bapa punya mau, namun sekarang mereka punya pilihan sendiri dengan cara mereka sendiri," ujarnya.

Bahkan, kata Sombuk, sekarang generasi muda sudah berusaha untuk mengambil peran yang lebih. Contohnya, dengan membuat partai dan itu membuktikan bahwa generasi sekarang sudah bangkit dan sangat dinamis.

"Generasi sekarang ini sudah menjadi semacam rival atau kompetitor yang baik dibanding generasi tua, generasi yang sangat idealis masih memiliki nilai-nilai reformasi yang tinggi berhadapan dengan kemapanan yang dimiliki oleh lingkungan," ujarnya.

Menurut Sombuk, generasi muda sudah melek untuk berpolitik, namun masih meraba-raba. Tapi mereka akan memimpin Indonesia 5 atau 10 tahun ke depan.

“Sehingga pentingnya segmen ini bagi kita untuk melakukan sosialisasi,” ujarnya.

Presiden Mahasiswa USTJ, Malvin Yobe, mengatakan seminar yang diadakan bertujuan untuk mendukung terciptanya Pilgub Papua 2018 yang aman dan nyaman, serta bebas dari praktek Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN).

“Juga bertujuan untuk memberikan pemahaman dan informasi seputar Pilgub 2018 kepada khalayak umum demi suksesnya pemilihan umum Gubernur Papua yang akan berlangsung nanti,” ujarnya.

Seminar sehari tersebut menghadirkan tiga narasumber. Selain dari KPU Provinsi Papua, juga dari Polda Papua dan MRP (Majelis Rakyat Papua). (*)

Related posts

Leave a Reply