Hadapi corona, warga kawasan kumuh di Brazil sewa dokter sendiri

Kawasan kumuh, pixabay.com
Kawasan kumuh, pixabay.com

“Asosiasi penghuni telah menyewa layanan medis swasta 24 jam termasuk tiga ambulans, dua dokter, dan dua perawat, serta pengemudi dan staf pendukung,”

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Read More

Sao Paulo, Jubi –  Warga sebuah kawasan kumuh di Brazil menyewa dokter sendiri untuk menghadapi mewabahnya virus corona. Langkah itu dilakukan karena mereka tak percaya layanan negara setempat.

“Asosiasi penghuni telah menyewa layanan medis swasta 24 jam termasuk tiga ambulans, dua dokter, dan dua perawat, serta pengemudi dan staf pendukung,” kata Emerson Barata pemimpin reaksi tanggap corona, di kawasan kumuh  Sao Paulo, Paraisopolis, Brazil.

Di tengah kawan kumuh berpenduduk sekitar 120 ribu orang, yang terletak di antara blok apartemen mewah dan rumah-rumah bertembok tinggi, Emerson memtakan titik ancaman corona atau Covid-19.

Barata memimpin reaksi tanggapan corona di labirin rumah-rumah blok batu merah itu, di luar enam kasus yang dikonfirmasi, timnya mencurigai ada 60 kasus lain. Dia dan tim medis di sekitarnya tidak terhubung dengan negara bagian Brazil itu.

Mantan pemain pro liga kecil ini adalah bagian dari asosiasi penduduk Paraisopolis yang sangat tidak percaya pada pemerintah dan memutuskan bertindak.

Sementara Presiden Jair Bolsonaro menganggap virus itu sebagai “flu ringan” dan mengatakan kepada warga Brazil untuk kembali bekerja, Barata kurang tidur karena berusaha menyiapkan untuk apa yang ia sebut sebagai “perang.”

Barata menolak untuk mengatakan berapa biayanya atau berapa banyak sumbangan yang ia peroleh. Ia hanya mengatakan sejumlah biaya ditanggung oleh donor.

Banyak yang masih diperlukan, katanya. Tim medis ini dikontrak 30 hari, kemungkinan akan diperpanjang.

“Kawasan akan menjadi wilayah yang paling terdampak,” katanya.

Ia membangun  Posko di tempat parkir di luar bengkel mekanik yang berfungsi sebagai pangkalan untuk tim medis.

Para ahli kesehatan masyarakat setuju dengan pendapatnya. Tempat tinggal yang penuh sesak, sanitasi yang buruk, kurangnya perawatan kesehatan, dan pelanggaran terhadap imbauan karantina membuat daerah kumuh Brazil, “rumah bagi sekitar 11 juta orang atau 6% dari populasi” rentan terhadap virus.

Paraisopolis kemungkinan berada di garis depan. Banyak penghuninya bekerja di lingkungan kaya dekat Morumbi, yang merupakan titik nol untuk penyebaran di Brazil. Di seluruh Amerika Latin, banyak dari kasus pertama didiagnosis pada mereka yang cukup kaya untuk bepergian ke luar negeri, tetapi virus ini diperkirakan akan berdampak paling parah pada warga miskin.

Brazil adalah negara yang paling parah terkena dampak virus corona di Amerika Latin sejauh ini, dengan hampir 8 ribu kasus yang dikonfirmasi dan 299 kematian.

Penduduk Paraisopolis yang telah dites positif termasuk dua yang bekerja di Rumah Sakit Albert Einstein di dekatnya, sebuah fasilitas medis swasta yang mendiagnosis kasus pertama di Amerika Latin. Lainnya adalah pengasuh yang tinggal di rumah.

Celia Parnes, Menteri Pembangunan Sosial untuk negara bagian Sao Paulo, mengatakan pemerintah prihatin dengan kecepatan penularan di favela dan sedang bekerja untuk membantu lingkungan miskin seperti Paraisopolis dengan makanan bersubsidi dan keringanan utang. (*)

Editor : Edi Faisol

 

Related posts

Leave a Reply