Papua No. 1 News Portal | Jubi,
SUASANA di kampung Bersehati-Erom, distrik Tanah Miring, kabupaten Merauke, Minggu, 04 Februari 2018, berbeda dengan hari-hari sebelum. Tentunya menjadi catatan khusus bagi umat Katolik di kampung tersebut untuk terus dikenang.
Hari itu, Gereja Katolik St. Petrus Erom diberkati Uskup Agung Merauke, Mgr. Nikolaus Adi Seputra, serta peresmian oleh Bupati Merauke, Frederikus Gebze, yang ditandai pengguntingan pita serta pembukaan papan selubung.
Ribuan umat Katolik di beberapa stasi dalam wilayah Paroki St. Petrus Erom maupun umat Katolik lain dari kota, ikut menyaksikan secara langsung prosesi sampai misa dan penandatanganan prasasti yang berlangsung selama kurang lebih tiga jam tersebut.
Sebelum serangkaian acara dilaksanakan, Uskup Agung Merauke bersama Bupati Merauke dijemput dengan sejumlah tarian adat mulai dari orang Marind hingga masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT) yang tinggal di kampung Bersehati-Erom.
Prosesi arak-arakan hingga pengalungan bunga oleh Kepala kampung Erom kepada uskup dan bupati, berjalan lancar hingga masuk ke area gereja.
Pastor Paroki St. Petrus Erom, Romo Raymond Raja Doren, Pr dalam sambutannya mengatakan fondasi pembangunan gereja dikerjakan umat sejak 2007 silam. Hanya saja, proses pembangunan tak berjalan lantaran terbentur anggaran.
“Pada tahun 2011, saya mendapat tugas dan tanggung jawab sebagai Pastor Paroki St. Petrus Erom. Ketika itu, kondisi bangunan gereja lama yang dari papan sudah mulai rusak. Meski demikian, umat tetap sembayang pada hari Minggu maupun hari raya sebagimana biasa,” katanya.
Setelah melihat kondisi bangunan yang mulai rusak, demikian pastor asal Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) itu, ia pun berputar otak dan mulai memotivasi umat setempat.
“Ketika itu, saya mendorong umat bergandengan tangan bersama membuka lahan agar ditanami ubi jalar. Karena lahan tersebut sangat cocok mengembangkan tanaman dimaksud. Akhirnya disepakati, sehingga kami membuka beberapa hektar,” tuturnya.
Hasil panen ubi jalar, jelas dia, dipasarkan ke kota untuk mendapatkan uang. Beberapa kegiatan lain dijalankan mulai dari bazaar sampai pentas seni. Juga mencari para donatur termasuk bantuan dari Pemerintah Kabupaten Merauke.
Dengan sedikit modal yang didapatkan, akhirnya umat setempat yang berjumlah kurang lebih 300 kepala keluarga (KK), bersepakat pembangunan gereja dilanjutkan.
Dikatakan, suka duka, jatuh bangun, pro dan kontra dan beda pendapat, mewarnai perjalanan penyelesaikan pembangunan gereja.
“Bagi saya, itu adalah suatu cambuk untuk mendorong saya tetap setia berjuang mewujudkan rumah Allah secara layak dan baik,” ujarnya.
“Dengan membangun gereja ini, telah mengajarkan saya menjaga dan memelihara nilai-nilai kebersamaan, solidaritas, dan persahabatan,” katanya.
Pembangunan gereja dimaksud, menurut dia, sebagai suatu bentuk pelayanan akan tugas panggilan seorang pengikut Kristus.
“Hari ini, bangunan gereja yang megah ini, diberkati dan diresmikan. Ini adalah bangunan fisik yang tentunya diharapkan dapat mengantar umat berjumpa dan mengenal Kristus lebih dekat serta mendalam lagi,” pintanya.
Dikatakan, jika mengerjakan sesuatu dengan hati tulus bagi Tuhan, maka rahmat akan berlimpah setiap hari. Tuhan senantiasa melihat apa yang dikerjakan dan diperjuangkan serta diusahakan melalui pengorbanan.
Dalam kesempatan tersebut, Romo Raymod juga mengatakan pembangunan gereja yang memakan waktu kurang lebih sepuluh tahun, menelan anggaran sekitar Rp 4 miliar. Semua bukti uang masuk maupun keluar selalu ada.
“Saya menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi besar hingga pembangunan Gereja Katolik St. Petrus Erom diselesaikan dan hari ini diberkati sekaligus diresmikan,” ujarnya.
Uskup Agung Merauke, Mgr. Nicolaus Adi Seputra, dalam sambutannya minta kepada umat menjaga dan merawat gereja dengan baik. Juga setiap hari Minggu, rajin ke gereja.
“Hari ini kita bersukacita karena gereja telah selesai dan diresmikan. Semoga suka cita ini membuahkan suka cita besar,” ungkap Uskup.
Uskup minta kepada umat untuk terus mengembangkan ubi jalar. Karena bermula dari tanaman tersebut, akhirnya pembangunan gereja dimulai.
“Saya menyampaikan terima kasih banyak kepada Pastor Raymod Raja Doren atas semangat besar dan tanpa pantang menyerah. Sehingga gereja yang dulunya seperti kandang ayam, sudah berubah menjadi gereja memadai,” katanya.
Uskup juga menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi memberikan dukungan hingga gereja ini dirampungkan.
Pendataan gereja harus dilakukan
Bupati Merauke, Frederikus Gebze, menjelaskan pemerintah mempunyai tugas sebagai fasilitator dan jembatan. Pembangunan rumah ibadah adalah bagian yang sangat penting untuk harus dilaksanakan.
“Saya minta kepada Uskup Agung Merauke mendatakan secara keseluruhan gereja yang akan dibangun di kampung-kampung. Sehingga pemerintah mengetahui sekaligus memprioritaskan mana yang perlu didahulukan,” pintanya.
Pemkab Merauke, demikian Bupati Freddy, siap memfasilitasi pembangunan gereja. Namun, diharapkan agar ketika gereja sudah dibangun, kesadaran iman umat ke gereja harus ditingkatkan.
“Kami akan memberikan prioritas terhadap pembangunan gereja yang sudah rusak. Namun demikian, dalam pengelolaan keuangan, harus transparan serta dapat dipertanggungjawabkan,” pintanya lagi.
Anggota DPR RI, Solaeman Hamzah, memuji masyarakat Bersehati-Erom karena membangun gereja secara swadaya, meskipun mendapat dukungan donatur.
“Bagi saya, umat disini sudah sangat luar biasa, karena bekerja keras mencari uang untuk penyelesaian pembangunan gereja,” tuturnya.
Diharapkan agar gereja dimanfaatkan dengan baik untuk beribadah sekaligus memantapkan iman menyembah Tuhan. (*)