Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – Empat kali digelar sejak tahun 2012, lomba lari 10 kilometer melintasasi tapal batas Republik Indonesia dan Papua Nugini (PNG) sempat vakum tiga tahun dari 2016 hingga 2018.
Tahun ini event yang melibatkan para pelari terbaik dari kedua negara itu siap digairahkan kembali. Mengawali kegiatan tersebut delegasi RI-PNG, melakukan pertemuan perdana di Jayapura, Papua.
Delegasi Indonesia diwakili Pemerintah Provinsi Papua dan delegasi PNG dipimpin Pemerintah Provinsi Sandaun. Pertemuan dalam suasana keakraban berlangsung di aula utama kantor Otonom Jayapura, Kamis (11/7/2019).
Kepala Dinas Olahraga dan Pemuda Provinsi Papua, Daud Ngabalin, menyatakan lomba lari 10 K lintas batas sudah dilaksanakan empat kali oleh Pemerintah Indonesia (Papua) dan PNG. Lomba ini semula menjadi agenda rutin tahunan.
“Empat kali dilaksanakan dan tahun 2016 terhenti karena sejumlah agenda-kegiatan politik nasional maupun daerah membuat kegiatan tersebut tidak dilaksanakan dan sempat vakum,” kata Daud Ngabalin.
Nah, tahun ini bertepatan dengan momentum hari olahraga nasional (Haornas) diperingati setiap 9 September 2019, Pemerintah Indonesia dan Papua Nugini (PNG) kembali menggelar lomba lari 10 kilometer (K).
Peserta yang akan mengikuti lomba ini ditaksir kurang lebih 250 hingga 500 pelari dari Papua dan PNG.
Daud Ngabalin berharap lomba lari 10 K sekaligus menjadi ajang sosialisasi Papua sebagai tuan rumah Pekan Olahraga Nasional (PON) XX tahun 2020.
“Kita sudah laporkan Bapak Gubernur, dan sudah disetujui, nanti kita lihat apakah bisa satukan dengan rencana peresmian Stadion Papua Bangkit,” kata Ngabalin, usai rapat dengan Konsulat RI di Vanimo dan delegasi Provinsi Sandaun (PNG).
Dalam rapat koordinasi perdana bersama delegasi PNG, kita usulkan 100 peserta, tetapi PNG berharap tidak sebanyak itu.
“Pihak PNG berharap peserta sekitar 250 hingga 500 orang,” ujarnya.
Terkait dengan rute lomba lari 10 K maupun kesiapan teknis lainnya, kata Daud, akan dibahas serta dimatangkan lagi dalam dua pertemuan yang dijadwalkan pada bulan ini.
“Masih ada dua kali pertemuan lagi, nanti baru kita putuskan rutenya dari mana dan finish dimana,” katanya.
Konsulat Republik Indonesia di Vanimo, Papua Nugini (PNG), Abraham Lebelauw, menambahkan lomba 10 K diharapkan berjalan aman, kondusif, dan diramaikan banyak peserta.
Pemerintah Indonesia, kata Abraham Lebelauw, menginginkan kegiatan diikuti banyak peserta, sayangnya, pihak PNG tidak siap, artinya di PNG beberapa fasilitas yang belum memadai.
Dari rapat perdana ini juga, delegasi PNG berharap rute start dari PNG dan finish di Indonesia.
“Soal rute nanti kita akan bahas kembali, karena ini terkait dengan batas negara juga, bayangkan kalau peserta ratusan orang, pemeriksaan imigrasi bagaimana, ini yang akan kita bahas secara intens dalam pertemuan berikutnya,” ujarnya.
Selain itu, kendaraan dari Indonesia tidak bisa masuk ke PNG, dan kalau start dari PNG peserta ke sana pakai apa, ini yang akan menjadi pembahasan ke depan.
“Pada prinsipnya kita harus sukseskan kegiatan ini, kita pererat kerjasama antar kedua negara yang sudah terjalin selama ini,” imbuhnya.
Lebelauw menilai lomba lari lintas perbatasan RI-PNG ini, selain mendorong masyarakat agar gemar berolahraga, juga bertujuan untuk memperkokoh hubungan serta kerjasama antara Indonesia dan PNG.
“Kita ingin terus bekerjasama dengan PNG menjaga perbatasan kedua negara ini, sebagai upaya menciptakan kondisi perbatasan yang aman dan damai bagi masyarakat. Kita harapkan interaksi antar masyarakat di perbatasan semakin intens dan baik,” kata Lebelauw.
Direcktor of National Function Coordination West Sepik Province, PNG, Erick Sakin, menyambut positif lomba lari 10 K lintas kedua negara. Disamping itu, Sakin berharap pada lomba kelima tahun ini, pesertanya kalau bisa lebih dominan perempuan.
“Kami ingin peserta perempuan dari PNG dan Papua lebih banyak yang ikut dari sebelumnya,” ujarnya. (*)
Editor: Dewi Wulandari