Papua No. 1 News Portal | Jubi
Nabire, Jubi – Bupati Nabire Isaias Douw, membuka Festival Kerohanian yang digelar oleh Komunitas Fight And Culture (FAC) pada Kamis, (12/09/2019) di Taman Gizi Nabire. Festival dihadiri oleh 10 kabupaten baik Papua dan Papua Barat, dari kampung – kampung di Nabire serta beberapa perwakilan nagera pasifik yang dikabarkan akan tiba hari ini.
Kegiatan yang bertajuk budaya ini menurut menurut Bupati Isaias memiliki arti dan makna sangat mendalam, sebab merupakan wujud pengaguman terhadap Tuhan Yesus melalui budaya yang beragam sebagai berkat dan kekuatan.
“Maknanya dalam, memuji Tuhan dengan budaya masing – masing, ini harus dilestarikan dan di jaga dalam kedamaian,” tutur Isaias dalam sambutannya.
Hal ini kata Isaias, pembangunan manusia seutuhnya tidak terlepas dari segala kehidupan di sekitarnya. Karena pembangunan iman dan kepercayaan adalah dasar dari semua yang ada di dalam kehidupan. Sehingga pembangunan keagamaan memiliki peran penting dalam pelaksanaan pembangunan di bidang lainnya.“Pembangunan agama bagus maka pasti yang lain ikut bagus,” katanya.
Lanjutnya, budaya sebagai wujud dari cipta dan karsa manusia adalah anugerah Tuhan yang diwariskan, perlu dilestarikan dan dikembangkan.
Dan untuk melestarikan nilai – nilai budaya sangat penting ditengah arus globalisasi saat ini. Sebab kearifan lokal ulai terkikis oleh jaman.
“Jangan sampai punah budaya dan generasi penerus tidak tahu budayanya, termasuk budaya memuji Tuhan,” lanjut Isaias.
Sehingga Bupati Isaias mengharapkan agar memalui festival yang dilaksanakan dapat menjadi wahana dalam melestarikan adat dan budaya sebagai dasar filosofi dan norma yang yang tidak hilang oleh jaman.
“Saya harap budaya terus dilestarikan agar tidak punah,” harapnya.
Ketua Panitia Festival, Sambena Inggeruhi mengatakan tujuan festival adalah untuk saling mengenal dan mengetahui bagaimana dengan perkembangan gereja. Di sisi lain, ingin menghadirkan suasana damai di Nabire khususnya, lalu Papua dan Indonesia umumnya, bahwa ada damai dan tidak ada konflik. Sehingga, melalui lagu – lagu daerah khususnya nyanyian rohani bisa dimaknai sebagai budaya masyarakat adat dalam memuji dan menyembah Tuhan.
“Tiga hari ini kita terus akan memuji Tuhan dengan berbagai lagu daerah dari masing – masing kontingen. Kami harap Nabire selalu aman dan damai,” imbuhnya. (*)
Editor: Syam Terrajana