Fakultas Kedokteran Uncen sudah mencetak 700 dokter

uncen papua
Lulusan dokter umum ke-32 Fakultas Kedokteran Universitas Cenderawasih. - Jubi/Theo Kelen.

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Jayapura, Jubi – Auditorium Universitas Cenderawasih, Papua ramai pada Rabu, 31 Maret 2021. Sebanyak 69 mahasiswa kedokteran telah menuntaskan studi mereka. Hari itu mereka mengikuti pengambilan sumpah-janji dan pelantikan sebagai dokter umum. Mereka adalah lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Cenderawasih yang ke-32.

Read More

Pengambilan sumpah dan janji dilakukan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Cenderwasih dr. Trajanus Laurens Jembise, Sp.B. Kemudian pelantikan dan pengukuhan oleh Rektor Universitas Cenderawasih, Jayapura, Papua Dr. Ir. Apolo Safanpo, ST,MT.

Dokter Trajanus Laurens Jembise, Sp.B saat sambutan mengatakan bahwa Fakultas Kedokteran Universitas Cenderawasih yang berdiri pada 2002 telah menghasilkan dan menamatkan sekitar 700 dokter.

“Dokter-dokter itu tersebut sudah bekerja di seluruh Tanah Papua, baik di Papua maupun Papua Barat,” katanya.

Dekan mengatakan  di Papua hanya ada satu Fakultas Kedokteran, yaitu di Uncen. Sedangkan di Papua Barat juga ada satu di Universitas Papua.

BACA JUGA: Kemenkes akan bangun rumah sakit setara RSCM di Papua

“Kita harus bangga karena Universitas Cenderawasih sebagai lembaga pendidikan sudah berdiri kurang lebih 59 tahun dan menamatkan dokter-dokter yang sudah bekerja di hampir semua kabupaten. Baik yang ada di gunung, lembah, maupun pulau-pulau di Tanah Papua sudah terisi oleh tamatan Fakultas Kedokteran Uncen,“ katanya.

Fakultas Kedokteran Uncen, lanjut Jembise, agak berbeda sedikit dengan Fakultas Kedokteran di kampus lain, karena memiliki ruangan sangat kecil dengan jumlah mahasiswa yang sangat banyak.

“Tetapi bisa berjalan dan menghasilkan dokter-dokter yang berkualitas untuk Indonesia dan secara khusus untuk Tanah Papua,” katanya.

Ia mengatakan, meski masih dalam situasi pandemi Covid-19 berkat doa dan dukungan semua pihak Fakultas Kedokteran Uncen berhasil menamatkan 69 dokter.

“Kali ini tamatan paling banyak, semoga FK Uncen tetap akan berjalan dan dapat menghasilkan dokter-dokter yang berkualitas,” ujarnya.

Rektor Uncen Dr. Ir. Apolo Safanpo, ST,MT mengatakan sesuai amanat UU No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi bahwa Pendidikan Tinggi di Indonesia menyelenggarakan tiga jenis pendidikan. Salah satunya adalah pendidikan profesi yang merupakan lisensi bagi seorang profesional untuk bisa atau boleh bekerja dalam bidang profesinya.

“Kali ini kita menyaksikan 69 anak-anak kita yang sudah kita lantik dan kukuhkan menjadi dokter umum, mereka hari ini mempunyai hak dan wewenang selain untuk menggunakan gelar profesi dokter, mereka juga mempunyai wewenang untuk menyelanggarakan atau melakukan pekerjaan dalam bidang kedokteran,” katanya.

Rektor mengatakan Uncen terus berupaya meningkatkan mutu kualitas pelayanan Perguruan Tinggi, baik sarana-prasarana maupun peningkatan SDM pendidik dan tenaga kependidikan.

“Di bidang Sumber Daya Manusia Uncen terus mendorong dosen di lingkungan Fakultas Kedokteran untuk melanjutkan studi, baik spesialis maupun magister, juga program pendidikan doktor,” katanya.

Ia menyampaikan pada 26 Maret 2021 Dirjen Perguruan Tinggi Prof. Ir. Nisam berkunjung ke Fakultas Kedokteran Uncen. Dirjen memastikan tahun depan akan menyelesaikan Rumah Sakit Pendidikan Kedokteran Uncen.

“Kita bernapas lega Bapak Dirjen menjanjikan satu laboratorium untuk FK Uncen, kita berharap tahun depan anak-anak kita bisa mulai praktik di rumah sakit kita sendiri,” ujarnya.

Salah seorang lulusan, dr. Dionisia, perempuan asal Toraja mengaku sangat bahagia dan bersyukur setelah berjuang selama sembilan tahun sejak 2012 impiannya terwujud menjadi seorang dokter.

Dionisia menjadi dokter tak lepas berkat dukungan orang tua dan kebiasannya dari kecil yang selalu mendampingi ibunya. Ibunya berkerja sebagai bidan yang berkunjung ke rumah-rumah warga untuk menolong persalinan.

“Saat kecil hampir setiap kali ibu saya ke rumah-rumah warga untuk menolong persalinan, saya selalu mendampinginya, kebiasaan itu yang kemudian membuat saya menjadi tertarik pada dunia kesehatan,” katanya.

Ia bermimpi dan punya cita-cita menjadi dokter sejak SMA.

Sebagai seorang anak desa asal Toraja yang bermimpi menjadi dokter, Dionisia harus banyak berkorban. Salah satunya berpisah jauh dari orang tua.

“Dituntut untuk harus lebih banyak belajar dan mengerjakan begitu banyak tugas serta menahan godaan dari teman-teman untuk bersenang-senang,” katanya.

Belajar di Fakultas Kedokteran Uncen tak selalu mulus bagi Dionisia. Pada 2014 ia sempat berpikir untuk pindah kuliah karena Fakultas Kedokteran Uncen menghadapi permasalahan dan didemo mahasiswanya yang berimbas pada tidak berjalannya proses perkulihan selama setahun.

Namun, katanya, berkat dukungan dari orang tua ia memilih setia dan sabar bertahan hingga akhirnya pada 2015 Fakultas Kedokteran Universitas Cenderawasih kembali aktif melanjutkan proses perkulihan.

“saya kembali lagi melihat ke belakang, perjuangan orang tua untuk bisa mengantarkan anaknya memasuki Fakultas Kedokteran, lelah dan jerih payah mereka, dukungan mereka yang menjadi semangat saya untuk tetap tekun, tetap setia, dan sabar menjalani tugas dan tanggung jawab saya sebagai mahasiswa kedokteran hingga selesai,” ujarnya.

Sebelum akhirnya diambil sumpah-janji dan dilantik menjadi dokter umur, Dionesia juga pernah gagal pada ujian kompetensi dokter pertama pada 14 November 2020. Kemudian ia bisa lulus ujian kedua pada 20 Februari 2021.

“Saya harus lebih banyak belajar, karena lulus saja tidak cukup, tanggung jawab ketika lulus itu jauh lebih besar,” ujarnya.(*)

Editor: Syofiardi

Related posts

Leave a Reply