Papua No. 1 News Portal | Jubi
Istanbul, Jubi – Presiden Turki Tayyip Erdogan telah memerintahkan Kementerian Luar Negeri untuk mengusir 10 duta besar negara-negara Barat dalam kebijakan persona non grata atau sudah tidak diterima. Sikap erdogan itu terkait para duta yang mendesak pembebasan tokoh filantropis Osman Kavala.
“Saya sudah memberikan perintah yang diperlukan kepada menteri luar negeri dan mengatakan yang harus dilakukan adalah: Kesepuluh duta besar ini semuanya harus dinyatakan persona non grata. Anda akan segera menyelesaikannya,” kata Erdogan saat berpidato, Sabtu (23/10/2021) akhir pekan lalu.
Baca juga : Minta kesetaraan muslim Uighur, Erdogan telepon Xi Jinping
Turki berusaha tengahi konflik Rusia – Ukraina
Aktivis pemprotes penunjukan rektor universitas Bogazici Turki ditahan
Pengusiran terhadap 10 duta besar itu, tujuh di antaranya mewakili pemerintahan negara-negara sekutu Turki di Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Hal itu dinilai akan menjadi keretakan diplomatik paling parah dengan pihak Barat selama 19 tahun Erdogan berkuasa.
Tercatat tokoh filantropis Osman Kavala telah empat tahun ditahan di penjara. Ia didakwa mendanai serangkaian protes di seluruh negeri Turki pada 2013, juga dianggap terlibat dalam percobaan kudeta pada 2016.
Kavala membantah dakwaan-dakwaan tersebut dan ia tetap ditahan selama persidangan terhadapnya bergulir. Kavala tahun lalu dibebaskan dari dakwaan terlibat dalam rangkaian aksi protes pada 2014. Namun, putusan itu dibatalkan tahun ini. Dakwaan terhadapnya kemudian bahkan ditambah dengan kasus terkait percobaan kudeta.
Dalam pernyataan bersama tertanggal 18 Oktober, para duta besar Kanada, Denmark, Prancis, Jerman, Belanda, Norwegia, Swedia, Finlandia, Selandia Baru, dan Amerika Serikat mengeluarkan desakan agar kasus Kavala segera diselesaikan secara adil dan agar sang tokoh dermawan segera dibebaskan.
Duta-duta besar tersebut kemudian dipanggil oleh Kemlu Turki, yang menyebut pernyataan bersama itu sebagai tindakan tidak bertanggung jawab.
“Mereka akan tahu dan mengerti Turki. Begitu mereka tidak tahu dan tidak mengerti Turki, mereka harus pergi,” kata Erdogan di depan massa di kota bagian barat laut, Eskisehir.
Pernyataan Presiden Erdogan itu itu disambut dengan sorakan orang-orang. sedangkan kedutaan AS, Jerman, dan Prancis maupun Gedung Putih dan Departemen Luar Negeri AS belum menanggapi permintaan itu.
Kemlu Norwegia, sementara itu, mengatakan bahwa kedutaannya di Ankara belum menerima pemberitahuan dari pihak berwenang Turki soal pengusiran.
“Duta besar kami belum melakukan sesuatu yang bisa dikenai pengusiran,” kata kepala komunikasi Kemlu Norwegia, Trude Maaseide, kepada Reuters melalui surel. (*)
Editor : Edi Faisol