Papua No. 1 News Portal | Jubi ,
Jakarta, Jubi-Dalam beberapa minggu terakhir terdapat empat perempuan Irak ditemukan tewas akibat tembakan senjata oleh pria ke kendaraan mereka. Keempat perempuan yang ditembak itu ditemukan di tempat terpisah dan memicu ketakutan kalangan perempuan di negara konservatif itu.
Pembunuhan terbaru adalah Tara Fares, wanita berusia 22 tahun, yang seorang influencer media sosial sekaligus model. Fares yang tercatat memiliki pengikut sebanyak 2,7 juta orang di instagram berkat gaya nya edgy dan rambutnya yang penuh warna itu ditemukan tewas dalam kendaraannya di Baghdad..
Sebelum meniggal dirinya juga memposting secara terbuka mengenai mantan suaminya yang kasar dan tunangannya yang meninggal setelah diserang di Istanbul. Fares merupakan orang yang sering dihina dan diberikan tanggapan di media sosial karena dianggap tidak sopan.
Tanggapan itu banyak diutarakan oleh masyarakat yang masih mematuhi garis keras Islam. Media sosial memaksa Fares untuk berhenti hidup di Baghdad dan menghabiskan sebagian besar waktunya di Kurdistan, Irak yang relatif liberal.
Fares bukan satu-satunya pengusaha busana dan kecantikan di Irak yang tewas dalam beberapa pekan terakhir. Pada Agustus lalu, manajer dari pusat kecantikan dan bedah plastik ternama di Baghdad ditemukan tewas dalam keadaan misterius.
Pertama, Rafif Al- Yassiri yang memiliki nama panggilan Barbie, nama yang sama dengan usaha bisnisnya juga ditemukan tewas dengan luka tembak. Seminggu kemudian, Rasha Al-Hassan, pendiri Viola Beauty Centre juga ditemukan tewas. Kedua perempuan itu ditemukan tewas di dalam rumah mereka. Sedangkan penyebab kematian mereka belum ditemukan meskipun investigasi masih berlangsung.
Dua hari sebelum Fares ditembak mati, terjadi pembunuhan yang dikonfirmasi termasuk dengan beberapa pembunuhan yang mencurigakan. Aksi pembunuhan juga menimpa aktivis dan pengusaha wanita, Soad Al-Ali, yang ditembak saat sedang berkendara di wilayah selatan Basra. Polisi membuka penyelidikan dan menunjuk mantan suaminya merupakan pelaku pembunuhan.
Kelompok Hak Asasi Perempuan, Amal sangat prihatin meskipun pembunuhan ini dikonfirmasi merupakan pembunuhan yang jauh dilakukan oleh kelompok resmi.
"Kelompok bersenjata, suku, kelompok kriminal, dan semua di posisi ini berada di dalam negara dan pasukan keamanan," kata Hanae Edwar kepada AFP.
Pembunuhan yang terjadi baru-baru ini adalah pesan ancaman pembunuhan yang dikirim ke aktivis khususnya. “Tetapi juga untuk seluruh masyarakat," kata Amal menambahkan.
Menurut dia, menyerang wanita yang merupakan figur publik adalah upaya untuk memaksa mereka mengurung diri di rumah.
Pihak berwenang telah berusaha untuk memberikan jaminan terhadap para aktivis perempuan dan menjaga mereka agar tetap hidup. Namun, perdana Menteri Irak, Haider Al-Abadi muncul untuk menarik keterikatan antara peristiwa di Baghdad dan Basra serta memerintahkan pasukannya untuk menyelidiki.
Dalam sebuah pernyataan, Abadi menyebutkan ada bukti yang menunjukkan bahwa terdapat rencana yang dirumuskan oleh partai-partai yang diorganisasikan untuk merusak keamanan dengan alasan perjuangan untuk melawan hawa nafsu.
Safaa Nasser, nama samaran dari seorang penata busana baru-baru ini mengadakan acara fashion dan mengatakan bahwa dirinya telah mengubah perilakunya.
"Beberapa hari terakhir, anak-anak perempuan saya dan saya lebih jarang keluar. Saya sedang mencoba menjauh dari dunia mode," kata dia.
Ia menduga ada orang-orang yang tidak ingin Irak berkembang, atau untuk perempuan agar terlihat. Mereka ingin membuat kita mundur. Dirinya mendesak pasukan keamanan untuk menyelidiki kematian dan mengatakan bahwa ada jaringan yang terorganisir yang berada di balik tindakan ini.
"Para wanita yang saya kenal mengatakan bahwa ada giliran mereka untuk menjadi sasaran," kata dia.
Hawa Walid, 29, seorang wanita yang sedang belanja di Baghdad mengatakan bahwa kejadian ini selalu berulang dengan melihat semua kabar pembunuhan terjadi di hari Kamis.
"Sekarang, setiap hari Kamis, stres meningkat," katanya. (*)