Edi Sabenan, libero berjuluk “Paul Breitner dari Persipura”

Edi Sabenan Persipura Papua
Edi Sabenan, libero Persipura era 1970-an. - Jubi/IST

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Jayapura, Jubi – Stadion Mandala di Kota Jayapura, Papua, pernah menjadi saksi bagaimana libero Edi Sabenan dan kawan-kawannya dari Persimer Merauke menumbangkan Persipura dalam final Acub Zainal Cup 1973. Nama Edi Sabenan bersinar setelah mengantar Persimer Merauke menang dengan skor tipis, 3-2.

Sang libero sempat bergabung PS Bea Cukai, sebelum akhirnya berlabuh ke Persipura. Sejak 1974, Edi menemani Timo Kapisa dan kawan-kawa, mengawal jantung pertahanan Persipura.

Read More

Saat mendiang bek tengah Persipura, Hengky Rumere melanjutkan kuliah di Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Yogyakarta, Edi Sabenan semakin menjadi tumpuan lini belakang Mutiara Hitam. Bersama bek tangah Marinus Matui, Edi menjaga jantung pertahanan Persipura.

Bersama Persipura, Edi yang lahir di Merauke, Papua, pada 28 Desember 1953 itu meraih gelar juara Piala Soeharto Cup III 1976, setelah mengalahkan Persija 4-3. Prestasi itu begitu bergengsi, hingga tim Persipura pun mendapat hadiah sebuah motor Honda CB 100 dan rumah pribadi  di Tanjung Ria, Base G, Kota Jayapura, dari Pemerintah Provinsi Irian Jaya (nama Provinsi Papua pada masa itu)

Baca juga: Inilah kiper asal Malang yang pernah sembilan musim bela Persipura

Kepiawaian Edi Sabenan sebagai libero berandil besar dalam pencapaian Persipura itu. Edi mampu mengawal dua striker terbaik Indonesia yang memperkuat Persija, Risdianto dan Iswadi Idris.

Tak heran kalau kemampuan Edi Sabenan sempat disamakan dengan pemain belakang tim nasional Jerman Barat pada 1974, Paul Breitner. Pasalnya dalam final Piala Dunia 1974 di Jerman Barat, Paul Breitner mampu mematikan pergerakan Johan Cruyf, gelandang serang tim nasional Belanda yang kondang sebagai “sutradara total football“. Mirip dengan kepiawaian Edi Sabenan mematikan pergerakan Risdianto dan Iswadi Idris di final Soeharto Cup III 1976.

Keberhasilan Persipura merebut Soeharto Cup III 1976 itu membuat para pemain Mutiara Hitam mendapat perhatian dari pelatih tim nasional Pra Olimpiade Montreal asal Belanda, Wiel Coerver. Coerver pun mengakui andil Edi Sabenan atas gelar itu.

Persipura Jayapura Papua
Inilah pemain Persipura juara Soeharto Cup 1976 depan dari kiri ke kanan. Allo Tortet, Marten Jopari, Jakobus Mobilala, Timo Kapisa dan Nico Patipeme. Berdiri dari kiri ke kanan, Johanes Auri, Edi Sabenan, Pieter Aitiamuna, Jimmy Pieter, Jafet Sibi dan Kapten Persipura Hengki Heipon. -Facebook/Johanes Auri

Baca juga: Cerita dibalik sebutan “Mutiara Hitam” untuk Persipura

Bahkan ‘Meneer’ Wiel Corver menilai penampilan Edi Sabenan serupa dengan keberhasilan Paul Breitner mengunci Cruyf, sehingga tim Jerman Barat bisa mengalahkan tim nasional Belanda. Sejak saat itu, Edi Sabenan dikenal sebagai “Paul Breitner dari Persipura”.

Wiel Corver akhirnya memanggil empat pemain Persipura untuk bergabung tim nasional. Mereka adalah Hengky Heipon, Johanes Auri, Edi Sabenan, dan  Timo Kapisa. Meskipun banyak duduk di bangku cadangan, Edi tetap merasa bangga menjadi bagian dari tim nasional Pra Olimpiade Montreal.

Prestasi sang libero itu tak berhenti di sana. Bersama Marinus Matui dan Yohanes Auri, Edi Sabenan memperkuat tim Galatama, Indonesia Muda, hingga masuk sebagai karyawan Pertamina. Kini, para mantan pemain Persipura itu sudah pensiun dari Pertamina Jakarta.(*)

Editor: Aryo Wisanggeni G

Related posts

Leave a Reply