Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jakarta, Jubi – Sejumlah negara Eropa mengancam akan menjatuhi sanksi terhadap Rusia atas dugaan serangan racun zat saraf terhadap pemimpin oposisi, Alexei Navalny. Uni Eropa mengutuk hal tersebut menyebut sebagai sebuah pelanggaran serius dalam hukum internasional. Uni Eropa juga memperingatkan Moskow dengan kemungkinan tindakan yang tepat, termasuk melalui tindakan pembatasan.
Seorang diplomat mengatakan, ‘tindakan pembatasan’ merupakan kode sanksi untuk melarang individu bepergian ke Uni Eropa dan akan membekukan aset yang dimiliki individu di blok tersebut. Tercatat pada 2019, UE telah menambahkan empat anggota Dinas Intelijen Militer (GRU) Rusia ke daftar sanksinya. Kasus Navalny menyusul serangan terhadap mantan Agen Ganda Rusia, Sergei Skripal dan putrinya yang diracuni pada Maret 2018 di kota Salisbury, Inggris.
Baca juga : Kanselir Jerman yakin Alexei Navalny diracun
Kejaksaan Rusia enggan investigasi kasus Alexei Navalny
Pendukung Putin ini bersumpah hancurkan Alexei Navalny jika bangkit dari koma
Tapi kasus Skripal berbeda dengan Navalny. Serangan terhadap Skripal terjadi di negara anggota UE dan NATO, sedangkan Navalny diracuni di Rusia.
Sekretaris Jenderal Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), Jens Stoltenberg, mengatakan diperlukan tanggapan internasional, tapi dia menolak berspekulasi tentang kemungkinan bentuk yang akan diambil.
Seorang Ahli Hukum Hubungan Eksternal UE, Steven Blockmans, di Pusat Kajian Kebijakan Eropa yang bermarkas di Brussel mengatakan perbedaan utama lainnya adalah setelah insiden di Salisbury, otoritas Inggris kemudian menemukan agen GRU berada di Inggris.
“Dalam kasus Navalny, tidak ada bukti forensik keterlibatan dinas intelijen Rusia. Pistol rokok masih hilang,” ujarnya kepada AFP.
Dia menuturkan jika intelijen Rusia terlibat dalam peracunan, mereka bisa dikenakan sanksi individu. Tapi mengingat itu terjadi di Rusia, ini akan sulit dibuktikan.
Menurutnya, sanksi terhadap individu harus ketat secara hukum, karena mereka dapat digugat di pengadilan. “Dugaan” saja tidak cukup untuk membenarkan mereka.
Navalny diduga diracun dalam penerbangan dari Kota Tomsk, Siberia, menuju Moskow, Rusia. Ia sempat dirawat di rumah sakit Siberia sebelum ditransfer ke Jerman.
Setelah proses pemeriksaan lebih lanjut, tim medis Jerman melaporkan bahwa mereka menemukan bukti terdapat kandungan racun saraf Novichok di dalam tubuh Navalny. (*)
CNN Indonesia
Editor : Edi Faisol